Belfast (ANTARA News) - Sebuah bom mobil Senin meledak di dekat markas besar dinas keamanan dalam negeri MI5 Inggris di Irlandia Utara, kata polisi, namun dilaporkan tidak ada yang cedera.

Ledakan itu terjadi beberapa menit setelah pengalihan pemerintahan bersama di Belfast melanjutkan pengawasan atas kepolisian dan pengadilan di provinsi tersebut setelah hampir 40 tahun, dalam tahap besar pada proses perdamaian di wilayah itu.

"Suatu alat peledak telah meledak di dalam sebuah kendaraan di dekat Istana Barak di Holywood," kata seorang wanita polisi.

Barak-barak itu adalah bekas kompleks militer Inggris yang terletak di luar Belfast, yang kini menjadi markas MI5.

Ledakan terjadi tak lama setelah tengah malam, Ahad.

Polisi tersebut menambahkan bahwa : "Tidak ada laporan mengenai adanya korban luka pada ledakan itu."

Dinas keamanan kemudian mengkonfirmasikan adanya bom di dalam sebuah taksi bajakan, yang dikendarai ke dekat barak. Sopir taksi tersebut kemudian melompat dari dalam mobil, seraya berteriak: "Ada bom."

Wartawan lokal, Brian Rowan, mengatakan kepada AFP ahwa ledakan itu "mengguncang pintu depan saya."

"Tampaknya ledakan itu terjadi di sisi depan kompleks yang terletak di jalan Old Holywood Road. Dinas keamanan telah menutup jalan sekitar beberapa mil," katanya.

Ratusan orang ditugaskan di kompleks M15 untuk memantau keamanan dalam negeri di seluruh provinsi yang dikuasai Inggris itu.

Irlandia Utara menderita perang sipil selama tiga dasawarsa antara kelompok Katholik yang menginginkan provinsi itu menjadi bagian dari Republik Irlandia, dan kelompok Protestan yang ingin tetap Irlandia Utara di bawah pemerintahan Inggris.

Aksi kekerasan besar berakhir dengan ditandatanganinya kesepakatan perdamaian Jumat Baik 1998, yang memuluskan jalan bagi pemerintahan bersama saat ini antara DUP Protestan dan Partai Katholik Sinn Fein.

Kelompok-kelompok paramiliter besar termasuk Angkatan Bersenjata Repulik Irlandia (IRA) telah meletakkan senjata mereka, namun kekerasan secara sporadis masih mengganggu provinsi itu, termasuk pembunuhan terhadap dua tentara Inggris dan seorang polisi pada tahun lalu.

Para pembelot republik penentang proses perdamaian, yang biasanya dipersalahankan.

Kekuatan kepolisian dan kehakiman telah dialihkan dari London ke Belfast pada tengah malam 12 April, memecahkan salah satu dari persoalan yang paling sensitif di sini.

Ketika para anggota parlemen menyetujui kesepakatan pemindahan kekuasaan pada bulan lalu, Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, menyambutnya sebagai "penyelesai" konflik yang telah terjadi selama beberapa dasawarsa.

"Tuntasnya pendelegasian ... berarti selesainya perang selama berpuluh tahun. Hal ini mengirimkan pesan kuat kepada siapapun yang ingin mengembalikan kekerasan: bahwa demokrasi dan toleransi akan menang," kata Brown.

Di waktu lalu, pemerintah konservatif Inggris, Perdana Menteri Edward Heath mengambil pengawasan kepolisian dan kehakiman dari menteri-menteri lokal Irlandia Utara pada 1972, saat aksi kekerasan dikenal sebagai "Pembuat Kesulitan."

Hal itu bertujuan untuk mengendalikan situasi keamanan yang memburuk, namun memicu jatuhnya pemerintahan dan kekuatan-kekuatan yang masih setia dengan London ke dalam konflik, dalam mana lebih dari 3.500 orang tewas.

AFP/H-AK//B002

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010