Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tidak akan mengirimkan tenaga kerja Indonesia (TKI) pada sektor domestik atau rumah tangga ke Lebanon karena kondisi keamanan yang belum sepenuhnya kondusif.

"Kita belum membuka peluang untuk pekerja domestik di Lebanon. Meski Lebanon sudah aman untuk penempatan TKI, tetapi di wilayah selatan negara tersebut masih ada konflik," kata Direktur Penempatan TKI Luar Negeri Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan TKI Kemenakertrans, Roostiawati

Roostiawati mengatakan hal itu dalam jumpa pers bersama Plt. Dirjen Pembinaan dan Penempatan TKI (Bina Penta), Abdul Malik Harahap di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, hal itu dilakukan demi keamanan TKI.

Roostiawati mengatakan, nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Lebanon hanya untuk TKI di sektor formal.

Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Muhaimin Iskandar dan Menteri Perburuhan Lebanon Boutros Harab di kantor Kementerian Buruh di Beirut, Lebanon pada Selasa (6/4) waktu setempat.

Menakertrans dalam siaran pers Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat (9/4), mengatakan, adanya MoU Ketenagakerjaan antara Indonesia dan Lebanon merupakan sebuah langkah maju karena sebelumnya Indonesia tidak menetapkan Lebanon sebagai negara penerima/negara penempatan bagi TKI.

"Dengan adanya MoU ini, maka Lebanon resmi menjadi salah satu negara penempatan TKI di Timur Tengah," katanya.

Selain masalah penempatan tenaga kerja, Menakertrans mengatakan, aspek perlindungan TKI pun menjadi perhatian utama.

"Indonesia berkomitmen untuk dapat mengisi peluang kerja yang ada di Lebanon. Oleh karena itu, diharapkan agar pemerintah Lebanon melalui kementerian tenaga kerjanya dapat memberikan informasi terhadap jabatan/peluang yang tersedia terutama pada sektor formal," katanya.

Lebanon memiliki potensi pasar yang cukup besar bagi tenaga kerja terampil Indonesia.

Negara yang mengedepankan industri pariwisata ini membutuhkan tidak kurang 40 ribu tenaga kerja setiap tahun.

Pembangunan sejumlah gedung bertingkat untuk perkantoran, hotel dan juga kawasan permukiman tengah dilakukan pemerintah dan pelaku usaha di Lebanon, sehingga kebutuhan tenaga konstruksi mencapai ribuan tenaga kerja. Selain itu dibutuhkan pula perawat, tenaga medis dan pekerja migas.

"Bagi Indonesia hal ini merupakan peluang yang dapat diisi oleh TKI profesional kita. Pembangunan Lebanon yang demikian pesat pasti membutuhkan banyak tenaga kerja," kata Menakertrans.

(T.N006/Z002/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010