Washington, 13/4 (ANTARA/AFP) - Korea Selatan, Selasa, terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan KTT utama nuklir pada 2012.

Sebagai tuan rumah, Seoul berjanji memanfaatkan perhelatan itu guna membujuk Korea Utara menghentikan pemakaian senjata nuklirnya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang berhasil menghadirkan 47 pemimpin dunia pada KTT utama nuklir di Washington DC mengkonfirmasi perihal terpilihnya Korea Selatan itu.

"Ini menandakan kepemimpinan Korea Selatan (Korsel) baik di tingkat regional maupun global," kata Obama.

Pengumuman tentang terpilihnya Korsel itu mengejutkan banyak pihak karena mereka sebelumnya beranggapan bahwa, sebagai negara bersenjata nuklir terbesar kedua dunia, Rusia akan menjadi tuan rumah.

Anggapan yang meleset itu juga didasarkan pada fakta bahwa AS dan Rusia pekan lalu menandatangani perjanjian baru berisi komitmen untuk menurunkan arsenal nuklir kedua negara.

Presiden Korsel Lee Myung-Bak mengatakan, keikutsertaan Korea Utara akan disambut di KTT Seoul 2012 itu jika Pyongyang mendorong kemajuan dalam perundingan enam negara.

Kemajuan yang dimaksud adalah adanya komitmen Pyongyang untuk melakukan de-nuklirisasi dengan imbalan garansi keamanan dan bantuan.

"Kalau kita dapat mencapai hasil-hasil yang substantif melalui perundingan damai, kami tentu menyambut keikutsertaan Korea Utara dalam pertemuan-pertemuan. Saya harap ini terwujud," katanya.

Negara-negara utama dunia merasa sulit menangani Korea Utara yang sejak 2006 justru sudah dua kali melakukan uji senjata nuklir sebagai upayanya mengimbangi kekuatan nuklir AS.

Presiden Lee Myung-Bak berterima kasih kepada Presiden Obama atas terpilihnya Korsel sebagai tuan rumah KTT 2012.

Ia menyebut keberhasilan negaranya itu sebagai "pencapaian bersejarah" serta memiliki makna dan kepentingan khusus mengingat nyatanya bahaya dan penyebaran senjata nuklir di Semenanjung Korea.

"Korea akan terus melakukan apapun untuk membawa perdamaian dan stabilitas abadi ke Semenanjung Korea," katanya.

Tahun lalu, Korea Utara menyatakan, tidak dicapai kesepakatan dalam perundingan enam negara namun Pyongyang berjanji kembali ke meja perundingan atas permintaan sekutu terdekatnya, China.

AS dituding Pyongyang sebagai pihak yang merusak perjanjian perdamaian. Kedua Korea terlibat dalam perang 1950-1953.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il tidak pernah melawat ke Korsel yang demokratis.

Sebaliknya, dua mantan pemimpin Korsel, Kim Dae-Jung dan Roh Moo-Hyun, pernah mengunjungi Pyongyang untuk bertemu Kim Jong-Il sebagai bagian dari kebijakan rekonsiliasi kedua Korea.

Sejak berkuasa tahun 2008, Presiden Lee Myung-Bak mengambil kebijakan garis keras terhadap Korea Utara dengan menutup keran bantuan negaranya sebagai penekanan atas program nuklir Pyongyang.

Di mata Pyongyang, Lee adalah "seorang pengkhianat" dan Korea Utara mengancam akan menyerang Seoul.

Sejak Lee berkuasa, hubungan bilateral Seoul dengan Washington DC semakin baik.

Korsel terus berupaya meningkatkan profil internasionalnya. Tahun ini, Seoul juga akan menjadi tuan rumah KTT Kelompok 20 yang didukung Obama.

(Uu.R013/A/s008)

(Uu.SYS/A/R013/A/S008) 14-04-2010 04:02:31

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010