Jakarta (ANTARA News) - Pascarevolusi industri laut mencapai keseimbangannya dengan tidak lagi menyerap karbon tetapi justru berperan melepas karbon, kata dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB, Alan Koropitan, di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan bahwa pelepasan karbon dari laut terjadi karena ada keseimbangan baru dalam siklus biogeokimia laut.

Secara regional, ia menjelaskan bahwa tidak semuanya laut berperan sebagai penyerap karbon, terutama laut tropis.

Laut samudera bagian selatan oleh para ilmuwan diyakini sebagai penyerap karbon kini sudah mengalami penurunan tingkat penyerapan, lanjut Alan. Dan pascarevolusi industri peran laut global, termasuk laut samudera bagian selatan, sudah berubah menjadi pelepas karbon.

Karena itu, ia tidak sepakat apabila laut masuk dalam "Carbon Development Mechanism" (CDM).

Bahkan, ia mengatakan proposal UNEP 2009 terkait "blue carbon" masih perlu dipertanyakan karena masih dalam tataran wacana belum jelas bagaimana "guidance-nya", terutama mencakup metode pengukuran, kebutuhan dan standar materialnya, hingga indikatornya.

Alan menjelaskan bahwa siklus karbon global sudah mengalami keseimbangan baru. Proses perubahan ini terjadi akibat kegiatan manusia (antropogenik) yang meningkatkan emisi karbondioksida di atmosfir yang bersumber dari bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan pelepasan karbon ke atmosfir meningkat.

Akibatnya, lanjut Alan, terjadi penumpukkan karbon di atmosfir yang kemudian menurunkan peran "laut global" sebagai penyerap karbon pascarevolusi industri.

Sementara itu, terkait dengan dampak pemanasan global dengan sumberdaya ikan, Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), Riza Damanik mengatakan bahwa sangat penting mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan sumberdaya ikan, dengan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pangan nasional secara berdikari.

Selain itu, pemberian perlindungan pada wilayah perairan tradisional, serta pemenuhan hak-hak nelayan tradisional pun menjadi penting. Begitu pula memaknai kegiatan perikanan sebagai sumber pangan, pengembangan budaya nasional, dan sumber ekonomi kerakyatan.

Lebih lanjut, ia mengatakn perlunya memahami kegiatan perikanan secara utuh, dengan memaknai keterlibatan perempuan nelayan di dalam kegiatan perikanan sebagai subyek yang teramat penting.
(V002/S006/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010