Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Pasukan Irak yang dibantu prajurit Amerika melancarkan serangan yang menewaskan dua pemimpin tinggi Al-Qaeda di Irak dalam apa yang disebut militer AS pada Senin sebagai pukulan berat terhadap kelompok militan tersebut.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki mengatakan, pemimpin Al-Qaeda Irak Abu Ayyub al-Masri dan Abu Omar al-Baghdadi, kepala cabang lokal kelompok tersebut, ditemukan tewas di lubang tanah di dalam sebuah rumah setelah bangunan itu dikepung dan diserang oleh pasukan.

Kematian kedua tokoh itu merupakan kemunduran besar bagi kelompok gerilya tersebut pada masa ketika Irak sedang pulih dari konflik sektarian mematikan setelah invasi pimpinan AS pada 2003 namun masih berusaha mengakhiri pemboman bunuh diri dan serangan-serangan lain.

"Kematian kedua teroris ini merupakan pukulan cukup telak bagi Al-Qaeda di Irak," kata militer AS di Irak dalam sebuah pernyataan.

Kematian kedua pemimpin Al-Qaeda itu bisa mendorong ketenaran Maliki ketika ia beruaha memastikan pengangkatannya lagi sebagai perdana menteri setelah pemilihan umum 7 Maret yang tidak menghasilkan pemenang yang mutlak.

Ambisi Maliki berkuasa lagi untuk masa jabatan kedua terbukti menjadi rintangan bagi pembentukan sebuah aliansi antara dua kelompok politik utama muslim Syiah yang akan memberi mereka wewenang untuk membentuk pemerintah koalisi.

Maliki mengatakan bahwa Masri, yang juga dikenal sebagai Abu Hamza al-Muhajir dan diperkirakan sebagai seorang warga negara Mesir, dan Baghdadi tewas di Thar-Thar, sebuah daerah pedesaan sekitar 80 kilometer sebelah baratlaut Baghdad yang dianggap sebagai ajang kegiatan Al-Qaeda.

Militer AS mengatakan, operasi itu berlangsung Minggu di lokasi 10 kilometer sebalah baratdaya Tikrit, tempat asal almarhum Saddam Hussein.

"Serangan itu dilakukan oleh pasukan darat, yang mengepung rumah itu, dan juga menggunakan rudal," kata Maliki pada jumpa pers. "Pasukan AS juga mengambil bagian."

Kekerasan turun secara dramatis di Irak sejak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus terjadi di Baghdad dan daerah lain.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010