Gaza (ANTARA News/Reuters) - Pasukan Israel ditarik mundur dari Jalur Gaza Senin ini menyusul kepastian gencatan senjata dengan Hamas yang membuat warga Palestina mendapatkan bahan pokok dari reruntuhan akibat perang tiga minggu. Para pejabat militer Israel menyatakan tentara dan tank yang membanjiri Gaza pada 3 Januari lalu dan menjadi bagian dari ofensif untuk menghentilkan serangan roket Palestina, secara bertahap ditarik mundur meskipun mereka tetap siap menghadapi setiap penyalaan pertempuran. Israel dan Hamas secara terpisah mengumumkan gencatan senjata Minggu untuk menjawab keprihatinan Barat yang selama ini lebih bersimpati pada keamanan negara Yahudi itu, terhadap bertambah banyaknya korban di wilayah yang sudah luluh lantak itu. Krisis ini menandai hari-hari terakhir yang suram dari pemerintahan Bush. Krisis ini juga membuat Timur Tengah mengeluakan tantangan bahwa Presiden terpilih Barack Obama yang akan dilantik Selasa tidak akan lebih mampu menangani persoalan Timur Tengah dibanding para pendahulunya. Sementara itu, begitu warga Palestina keluar dari persembunyiannya yang tercengang oleh pembunuhan lebih dari 1.300 kerabatnya di Gaza dan sangat parahnya kerusakan pada rumah dan instrastuktur pemerintah, kepada administrasi Hamas mengklaim kemenangan rakyat terhadap Israel. "Musuh gagal mencapai tujuannya," kata Ismail Haniyeh dalam satu pidatonya. Keputusan gencatan senjata Hamas yang diambil sejalan dengan penarikan mundur Israel dalam waktu seminggu ini adalah bijaksana dan bertanggungjawab, kata Ismail. Israel meluncurkan serangan udara, darat dan laut pada 27 Desember dalam rangka mengubah realitas untuk kota-kota perbatasan selatannya yang sejak 2001 ditembaki Hamas dan faksi bersenjata Palestina lainnya oleh roket jarak pendek yang kebanyakan buatan sendiri. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengumumkan misi berhasil dengan mencatat keberhasilan AS, Mesir dan negara-negara Eropa dalam mencegah dipersenjatainya lagi Hamas. Untuk saat ini, situasi Gaza keadaannya tetap seperti sebelum berkecamuk perang dimana masa depan 1,5 juta penduduk Palestina tetap kelabu. Bantuan Kemanusiaan Menurut Biro Statistik Palestina, sekitar 4.000 tempat tinggal hancur selama konflik, sedangkan para diplomat Barat menyebutkan dibutuhkan 1,6 miliar dolar AS untuk memperbaiki lagi kehancuran infrastruktur di Gaza. "Saya tak tahu masa depan seperti apa yang saya hadapi sekarang, hanya Tuhan yang tahu masa depan saya setelah ini," kata Amani Kurdi, mahasiswa 19 tahun, yang melihat kampusnya Universitas Islam Gaza di mana dia kuliah sains, hancur. Para pejabat Hamas, selama berbicara dengan para mediator Mesir, menuntut pembukaan pintu-pintu perbatasan Gaza bagi masuknya barang, makanan dan bahan kebutuhan pokok. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy -- bergabung dengan para pemimpin Jerman, Inggris, Prancis, Italia dan Republik Ceko yang mendapat giliran memimpin Uni Eropa untuk -- menyeru Israel untuk membuka semua perbatasan Gaza sesegera mungkin. PM Olmert sendiri menyatakan Israel akan keluar dari Gaza sesegera mungkin, sementara juru bicaranya, Mark Regev, mengungkapkan sejumlah besar bantuan diperbolehkan masuk Gaza jika situasi di sana tenang. Di Israel yang kehilangan 10 tentaranya selama pertempuran dan tiga warga sipil akibat serangan roket, ofensif ke Gaza telah meningkatkan popularitas dan prospek politik Menteri Luar Negeri Tzipi Livni dan Menteri Pertahanan Ehud Barak sebelum digelarnya pemilihan umum 10 Februari. Tapi opini publik justru memperkirakan kemenangan mudah oposisi sayap kanan pimpinan Benjamin Netanyahu yang menentang penarikan mundur Israel dari Gaza pada 2005 setelah mendudukinya selama 38 tahun, dengan menyebut penarikan mundur itu akan memperkuat kaum garis keras Palestina. Meskipun diperangi Israel, Hamas memperoleh dukungan luas rakyat Palestina, sebaliknya kehancuran Gaza telah mengancam kredibilitas pemerintahan Palestina yang didukung Barat pimpinan Presiden Mahmoud Abbas dan upaya-upayanya dalam bernegosiasi dengan Israel. Sementara itu, seorang juru bicara Presiden AS terpilih Barack Obama mengatakan Obama menyambut gencatan senjata di Gaza dan akan berkata lebih banyak lagi mengenai Gaza setelah dilantik nanti. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009