Kuala Lumpur (ANTARA News) - Dua LSM Malaysia,i Migrant Care Malaysia dan Suaram (Suara Rakyat Malaysia), melakukan investigasi penembakan tiga TKI asal Sampang, Madura, Jawa Timur, oleh Polisi Diraja Malaysia di kawasan Danau Kota Putri, Kuala Selangor (16/3).

"Kami sudah menemui Wakil Dubes Tatang B .Razak di KBRI untuk mendapatkan keterangan. Minggu depan, kami akan ke apartemen Harmono yang merupakan tempat tinggal ketiga TKI asal Madura itu dan juga ke lokasi penembakan untuk mendapatkan gambaran sebenarnya," kata Alex Ong, Direktur Eksekutif `Migrant Care` Malaysia, Kamis.

Menurut dia, laporan media cetak Malaysia pada hari Rabu (17/3) akan dijadikan bahan awal untuk melakukan investigasi. Laporan media cetak itu mengutip keterangan kepala polisi Selangor Khalid Abu Bakar dalam jumpa pers dengan pers Malaysia mengenai insiden penembakan itu.

"Investigasi akan diselesaikan hingga akhir bulan ini. Hasilnya akan diserahkan kepada parlemen Malaysia, instansi terkait seperti Kepolisian Malaysia, Kementerian Dalam Negeri Malaysia yang membawahi kepolisian dan Suhakam (Badan HAM Malaysia)," katanya.

Selain itu, hasil investigasi itu juga akan dibawa ke BAR Council (organisasi pengacara Malaysia) dan NGO lainnya yang peduli dengan hak asasi manusia.

"Investigasi itu merupakan kepedulian kami atas seringnya polisi Malaysia menembak mati WNI/TKI yang diduga pelaku kejahatan dengan alasan mempertahankan dirinya. Semuanya mati, termasuk warga Malaysia dan warga asing ada juga yang ditembak mati oleh polisi karena menyerang polisi," katanya.

Alex Ong berpendapat pola penembakan mati terhadap WNI yang diduga dan dituduh melakukan perampokan oleh polisi Malaysia harus dihentikan karena hal ini akan berdampak pada keselamatan warga Malaysia di Indonesia serta akan memperburuk hubungan Malaysia-Indonesia.

Dari KBRI, LSM "Migrant Care" mendengar adanya laporan yang berbeda mengenai penembakan tiga TKI asal Sampang Madura.

Versi pertama berasal dari kepolisian Malaysia yang menjelaskan tiga TKI itu ditembak mati karena akan menyerang polisi dengan senapan rakitan dan dua parang, walau sudah diberi tembakan peringatan tapi diabaikan.

Ketiga penjahat bernama Musdi, Abd Sanu dan Muhlis asal Sampang, Madura itu dipercaya menjadi anggota "Geng Gondol" yang terlibat perampokan 19 rumah di beberapa negara bagian Malaysia.

Versi kedua berasal dari kawan-kawan tiga TKI asal Sampang yang tinggal sama-sama di apartemen Harmoni, Damansara. Menurut mereka, polisi Malaysia telah mengambil tiga teman mereka bernama Musdi, Abd Sanu dan Muhlis secara baik-baik.

Saat polisi Malaysia datang, ketiganya sedang ada di internet kafe yang ada di apartemen mereka pada Selasa (16/3/2010) tengah malam, lalu mereka diciduk polisi untuk dimintai keterangan.

Mereka kaget ketika membaca koran ternyata ketiga temannya ditembak mati dengan versi polisi. Menurut salah seorang saksi Gazali, ketiga TKI itu hanyalah buruh bangunan yang tidak bisa menyetir mobil, apalagi memiliki mobil proton waja seperti yang dikemukakan media cetak Malaysia dalam versi polisi Malaysia.

Beberapa teman korban sudah membuat laporan polisi mengenai cerita sebenarnya. KBRI sudah mengamankan para saksi. KBRI juga sudah melayangkan nota resmi kepada Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, dan Kepolisian Malaysia untuk mempertanyakan mengapa ada dua laporan yang berbeda.

"Hingga saat ini belum ada jawaban resmi dari Deplu, Kementerian Dalam Negeri Malaysia, dan Kepolisian Malaysia. Jika tidak dijawab maka biarlah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menanyakan langsung hal ini kepada PM Malaysia Najib Tun Razak saat berkunjung dan bertemu pada 17-19 Mei 2010 nanti di Kuala Lumpur," kata sumber di KBRI.
(T.A029/B/E011/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010