Jakarta (ANTARA News) - Letusan gunung berapi Islandia masih menyebabkan getaran kuat pada Kamis (22/4), meskipun abu dan asap masih terlihat membumbung sedikit ke udara.

Awan abu dari gunung berapi memuntahkan isinya minggu lalu dan menyebabkan lalu lintas udara Eropa terhenti berhari-hari. Abu asap tersebut telah berkurang di tingkat yang rendah.

Namun, getaran yang berasal dari gunung itu lebih kuat sekarang dibanding ketika abu-abu itu membumbung tinggi sekitar 9 km (5.6 mil), kata Steinunn Jakobsdottir, kantor Meteorologi Geofisika .

"Kami tidak tahu persis apa yang akan terjadi. Ini belum berhenti seperti apa yang terlihat sekarang dan berlangsung untuk sementara waktu," katanya dalam konferensi pers.

Brandsdottir Bryndis seorang ahli gempa mengatakan getaran dapat menciptakan lava atau batu cair di dalam kawah.

"Lava tidak bisa pergi ke mana pun karena tidak mengalir keluar dari kawah karena mengumpulkan di sana," katanya kepada Reuters.

Dia mengatakan, jika memang menemukan jalan keluar mungkin akan mengalir ke sisi utara gunung dimana banjir terjadi ketika letusan awal pada pekan lalu dan jauh dari tempat hunian, katanya.

Ilmuwan lain sulit untuk memprediksi.

"Spektrum kemungkinan sangat luas. Gunung berapi berbeda satu sama lain," kata Giuliano Panza, seorang profesor seismologi di University of Trieste, Italia.

Ia mengatakan untuk mempelajari gunung berapi sama-halnya memahami detak jantung manusia, sebuah perubahan irama bisa berarti masalah untuk satu pasien tetapi tidak yang lain.

Gunung berapi di bawah gletser Eyjafjallajökull, sekitar 120 km (75 mil) tenggara ibukota Reykjavik, telah meletus selama 8 hari.

"Letusan terjadi karena ada kerekatan di sebelah utara dan kadang-kadang mencapai ketinggian 3 km (1,9 mil), tetapi kebanyakan di bawah itu," kata Jakobsdottir. "Ini jenis yang stabil pada ketinggian 2 sampai 3 km," tambahnya.

Bagi penduduk setempat, abu terus turun di daerah dekat gunung berapi meningkatkan keprihatinan tentang bahaya ternak dari kadar tingkat tinggi fluoride dalam abu.

Selain dari gunung berapi aktif, Islandia juga telah hati-hati mengamati gunung berapi Katla yang jauh lebih besar dan memiliki potensi yang jauh lebih besar atas penghancuran. Hal terakhir meniup pada tahun 1918, banjir bandang di daerah tersebut.

Para ahli mengatakan sejarah menunjukkan bahwa letusan di Katla sering namun tidak selalu di bawah gletser Eyjafjallajökull.

(Adm/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010