Lebak (ANTARA News) - Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten, mengeluhkan kenaikan pupuk bersubsidi yang berlaku 9 April karena tidak sebanding dengan biaya produksi pangan.

"Saya minta harga pupuk itu tidak naik karena harga gabah anjlok dan petani merugi," kata Uci (55) seorang petani di Blok Leuweung Lojor, Desa Pasir Kupa, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Minggu.

Uci mengatakan, pihaknya merasa bingung karena hasil panen tahun ini harga gabah kering giling (GKG) dijual murah yakni sebesar Rp2.300 per kilogram.

Harga sebesar itu, kata dia, masih di bawah pembelian pemerintah sehingga petani mengalami kerugian.

Seharusnya, menurut dia, harga gabah dijual sesuai dengan pembelian pemerintah yakni Rp3.360 per kilogram.

"Dengan harga gabah murah itu tentu petani merasa keberatan jika pupuk dinaikkan juga," katanya.

Dia mengatakan, petani di wilayahnya hingga kini belum melakukan percepatan tanam karena menipisnya permodalan akibat harga gabah anjlok itu.

Selain itu, harga pupuk di tingkat pengecer sudah naik sehingga petani belum melakukan tanam serentak.

Apalagi, curah hujan juga belum turun sehingga areal persawahan masih kekeringan.

"Memang, sawah di sini kategori sawah tadah hujan karena tanpa saluran irigasi itu," katanya.

Begitu pula Nurdin (50) seorang petani Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak mengaku belum melakukan tanam padi menyusul naiknya harga pupuk bersubsidi sebesar 35 sampai 40 persen.

Saat ini, harga pupuk urea naik 33 persen menjadi Rp1.600 per kilogram (kg), Superphos (SP) 36 naik 29 persen menjadi Rp2.000 per kg, pupuk ZA naik 33 persen menjadi Rp1.400 per kg, NPK naik menjadi Rp2.300/kg dan pupuk Organik naik 40 persen menjadi Rp700 per kg.

Kenaikan tersebut berdasarkan peraturan Mentan No.32 tahun 2010 yang mengatur harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.

"Saya kira kenaikan pupuk itu tentu akan menyulitkan pendapatan petani karena harga gabah selalu murah," ujarnya.

Sementara itu, sejumlah petani di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengaku selama ini petani merasa terpukul dengan terjadi kenaikan pupuk bersubsidi sehingga dikhawatirkan mereka tidak tanam pada Mei mendatang.

"Saat ini kami belum tanam padi karena tidak memiliki modal untuk membeli pupuk," kata Aliuding (60) petani Desa Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung. (MSR/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010