Beberapa ilmuwan menemukan arus samudra dalam yang bergerak cepat dengan volume 40 kali Sungai Amazon di dekat Kutub Selatan, yang akan membantu para peneliti memantau dampak perubahan iklim di samudra di dunia.

Satu tim ilmuwan Australia dan Jepang, dalam satu studi yang disiarkan di dalam jurnal "Nature Geoscience", Minggu, mendapati, arus tersebut bagian penting pola sirkulasi samudra global yang membantu memantau iklim planet.

Para ilmuwan sebelumnya telah mendeteksi bukti mengenai arus tersebut tapi tak memiliki data mengenai itu.

"Kami tidak mengetahui apakah itu adalah bagian sirkulasi penting atau tidak dan ini memperlihatkan secara jelas bahwa itu adalah bagian sirkulasi," kata seorang penulis studi tersebut, Steve Rintoul, kepada koresponden Reuters mengenai perubahan iklim David Fogarty.

Rintoul, dari "Antarctic Climate and Ecosystems Cooperative Research Center" di Hobart, mengatakan, itu terbukti merupakan arus samudra dalam yang paling cepat yang pernah ditemukan, dengan kecepatan rata-rata 20 centimeter. Arus tersebut juga ditemukan membawa lebih dari 12 juta meter kubik air garam yang sangat dingin per detik dari Antartika.

"Pada kedalaman tiga kilometer di bawah permukaan air ini, ini adalah kecepatan paling kuat yang pernah dicatat dan kami saksikan sejauh ini. Ini benar-benar mengejutkan kami," katanya.

Ia mengatakan arus itu membawa air yang kaya akan oksigen yang tenggelam jauh di Kutub Selatan ke lembah sungai samudra dalam lebih ke utara di sekitar Dataran Tinggi Kerguelen di bagian selatan Samudra Hindia lalu bercabang ke luar.

Arus itu membentuk bagian dari jaringan kerja yang jauh lebih besar yang merentang semua samudra di dunia, dan bertindak seperti sabuk pengantar raksasa untuk membagikan panas ke seluruh dunia.

Samudra juga adalah tempat penyimpanan utama karbon dioksida, gas rumah kaca utama yang tersiar secara alamiah dan oleh ulah manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil.

Contohnya, Arus Teluk membawa air hangat ke Atlantik Utara, dan memberi Eropa utara iklim yang relatif sedang. Kegagalan arus tersebut, yang telah terjadi pada waktu lalu, akan menceburkan banyak bagian Eropa ke dalam kebekuan parah, kata para ilmuwan.

"Arus dalam itu bersama dengan Dataran Tinggi Kerguelen adalah bagian dari sistem arus samudra global yang disebut sirkulasi berbalik, yang menentukan seberapa banyak panas dan karbon yang dapat diisap oleh samudra," kata Rintoul.

Satu bagian penting sirkulasi itu adalah pembentukan sangat banyak volume air garam yang sangat dingin di beberapa daerah di sepanjang pantai Antartika yang kemudian tenggelam ke dasar dan mengalir ke lembah lain samudra.

Tim tersebut menggelar peralatan pengukur yang dilabuhkan ke dasar laut pada kedalaman sampai 4,5 kilometer dan mencatat kandungan garam, temperatur dan kecepataan arus selama dua tahun.

"Pengukuran terus-menerus yang diberikan oleh penambatan itu memungkinkan kami, untuk pertama kali, menentukan seberapa banyak air yang dibawa oleh arus dalam tersebut ke utara," kata Rintoul.

Ia mengatakan, masalah penting untuk meramalkan iklim ialah apakah sirkulasi berbalik akan terus bertahan pada kekuatannya saat ini atau apakah arus itu peka terhadap perubahan seperti perubahan iklim.

Itu berarti pengukuran peningkatan lebih lanjut mengenai kecepatan dan volume air garam yang dingin yang terceipta di sekitar Antartika.(C003/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010