PBB (ANTARA News) - Empat prajurit penjaga perdamaian Afrika Selatan yang diculik bulan ini di wilayah konflik Darfur, Sudan, dibebaskan Senin ini, demikian diumumkan PBB, Selasa dini hari.

Keempat prajurit itu -- dua pria dan dua wanita -- yang bertugas untuk misi gabungan PBB-Uni Afrika UNAMID, diculik pada 11 April di kota utama wilayah itu, Nyala, serangan terakhir dari gelombang penculikan pekerja asing oleh orang-orang muda yang menuntut uang tebusan.

"Kami bersyukur rekan-rekan kami telah kembali bersama kami," kata pemimpin UNAMID Ibrahim Gambari dalam sebuah pernyataan.

"Pembebasan hari ini tidak mungkin tercapai tanpa kerja sama yang baik dari pemerintah Sudan dan pihak bewenang lokal Darfur Selatan," tambahnya.

Seorang juru bicara kelompok yang menamakan diri Gerakan Perjuangan Rakyat mengatakan pada 20 April, mereka menahan prajurit-prajurit penjaga perdamaian itu dan telah setuju dengan pemerintah untuk membebaskan mereka.

Juru bicara itu mengatakan, pihaknya tidak menerima pembayaran uang tebusan sekitar 450.000 dolar yang semula mereka tuntut.

Sejak ditempatkan pertama kali pada Januari 2008, UNAMID juga menjadi sasaran serangan-serangan mematikan.

Gelombang penculikan warga asing di wilayah Sudan barat itu telah menghalangi operasi bantuan bagi lebih dari empat juta orang yang terpengaruh oleh kekerasan di wilayah gurun yang luas itu.

Darfur dilanda perang saudara sejak 2003. Dalam beberapa bulan ini, wilayah itu juga dilanda gelombang penculikan pekerja kemanusiaan dan pekerja asing.

Sandera asing terakhir di Darfur, seorang pegawai Palang Merah, dibebaskan bulan lalu setelah ditahan penculik selama 147 hari.

Pekerja-pekerja bantuan di Sudan barat berharap pembebasan itu akan menandai berakhirnya penculikan, yang telah membatasi kemampuan mereka untuk membantu lebih dari dua juta orang Darfur yang menyelamatkan diri dari pertempuran dan mencari perlindungan dan makanan di kamp-kamp yang menyedihkan.

Gauthier Lefevre (35), yang bekerja untuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC) selama lima tahun -- 15 bulan diantaranya di Darfur -- sedang melakukan perjalanan dalam konvoi dua kendaraan yang bertanda jelas ICRC ketika ia diculik oleh orang-orang bersenjata di dekat perbatasan Chad pada 22 Oktober.

Ia tercatat menghabiskan waktu terlama dalam penyanderaan -- 147 hari -- sejak gelombang penculikan pekerja asing mulai terjadi pada Maret tahun lalu.

Penculikan-penculikan itu terjadi setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Beshir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.

Ketegangan meningkat di Sudan setelah Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada 4 Maret memerintahkan penangkapan terhadap Beshir.

Jurubicara ICC Laurence Blairon mengatakan kepada wartawan di pengadilan yang berlokasi di Den Haag, surat perintah penangkapan terhadap Beshir itu berisikan tujuh tuduhan -- lima kejahatan atas kemanusiaan dan dua kejahatan perang.

Sudan bereaksi dengan mengusir 13 organisasi bantuan dengan mengatakan, mereka telah membantu pengadilan internasional di Den Haag itu, namun tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok-kelompok bantuan itu.

Sejumlah pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pengusiran badan-badan bantuan itu memiliki dampak yang sangat merugikan bagi rakyat Darfur.

Para ahli internasional mengatakan, pertempuran enam tahun di Darfur telah menewaskan 200.000 orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggal mereka. Khartoum mengatakan, hanya 10.000 orang tewas.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur, pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan.

Reuters/M014

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010