Washington (ANTARA News) - Pemerintah AS, Selasa pagi WIB, mengumumkan akan mulai menjual 1,5 miliar saham di Citigroup yang disebut sebagai salah satu penjualan saham terbesar dalam sejarah.

Ini adalah blok pertama penjualan saham Citigroup yang dilakukan pemerintah AS yang telah mulai menyelesaikan investasi krisis dengan harapan menutup kerugian kas pembayar pajak.

"Departemen Keuangan AS hari ini mengumumkan tahap berikutnya dalam rencananya menjual sekitar 7,7 miliar saham biasa Citigroup," bunyi sebuah pernyataan.

Pemerintah AS memiliki sekitar seperempat dari saham perusahaannya bernilai sekitar 37 miliar dolar dengan kurs prapasar Senin.

"Departemen keuangan akan mulai menjual saham biasa di pasar secara teratur di bawah rencana perdagangan pre-arranged tertulis," kata pernyataan.

Prospek 1,5 miliar saham membanjiri pasar mengirim harga saham Citi merosot sekitar empat persen karena departemen keuangan mencoba membatasi kerugian.

"Kami bisa menjual hari ini, itu tidak berarti bahwa kami akan lakukan," kata seorang pejabat depkeu berusaha mempertahankan rencana secara tersembunyi.

Namun, meskipun ada kerugian awal, analis mengatakan pengumuman Departemen Keuangan tidak akan secara radikal mengubah prospek Citi.

"Kami mengharapkan penjualan secara bertahap dengan harga pasar," kata Matthew Albrecht, seorang analis finansialdi Standard & Poor`s Equity Research, mempertahankan rekomendasinya klien beli saham Citi.

Pengumuman itu datang karena Washington mencoba mengembalikan 700 miliar dolar AS uang pembayar pajak AS yang digunakan untuk mencegah keruntuhan sistem keuangan global pada 2008.

Pada krisis yang mendalam, pemerintah menyuntikkan total 45 miliar dolar ke Citi, salah satu kelompok perbankan terbesar di dunia setelah perusahaan berbasis di New York ini menghadapi kerugian besar akibat krisis KPR dan penutupan deposito karena kepercayaan publik runtuh.

Meskipun membayar sekitar 20 miliar dolar AS kepada pemerintah Desember lalu, Citi masih salah satu dari bank besar yang terakhir beroperasi dalam bayangan bailout pemerintah AS.

Pemerintah telah menahan penjualan sahamnya di perusahaan itu sampai sekarang yang tidak diragukan lagi karena pertimbangan nilai pasarnya yang rendah.

Bank itu pekan lalu mengatakan telah kembali mencetak laba setelah dua tahun menghabiskan sebagian besar di posisi merah, dengan membukukan laba 4,4 miliar dolar AS pada kuartal pertama tahun ini.

Sejak itu, sahamnya naik hampir 40 sen per saham yang berarti potensi penghasilan sekitar 300 juta dolar untuk pemerintah.

Reuters/A026/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010