Jakarta (ANTARA News) - Gembira dengan kesuksesan cyber-nya, Presiden Venezuela--pendatang baru di situs jejaring sosial Twitter--mengundang mantan pemimpin Kuba Fidel Castro dan Presiden Bolivia Evo Morales untuk bergabung dengan situs micro-blogging itu juga.

Setelah beberapa bulan menggerutu bahwa situs jaringan sosial itu di Venezuela didominasi oleh para penentang pemerintahan sosialisnya, Chavez membuka akunnya di Twitter minggu ini dan gembira karena sudah mendapatkan 106.000 followers dalam dua hari.

"Potensi ini ... itu bukan kapitalis, bukan sosialis, itu tergantung bagaimana penggunaanya," katanya setelah posting dua pesan di halamannya di Twitter, @chavezcandanga, seperti dikutip Reuters.

"Saya mengundang Evo dan Fidel," kata Chavez. "Evo - apakah Anda pada Twitter? Mari undang Evo ke Twitter," kata Chavez selama kunjungannya ke sebuah peternakan sapi dengan Presiden Bolivia.

Morales dan Castro adalah sekutu dekat Chavez dan mereka adalah kritikus Amerika Latin yang paling vokal terhadap apa yang mereka sebut kerajaan Amerika.

"Ini telah menjadi sebuah ledakan yang tak terduga. Terima kasih," kata Chavez dalam tweet-nya yang kedua.

Kritik tertuju ke Chavez bahwa ia berencana mengikuti langkah Kuba untuk menyensor Internet, namun ia menyangkal.

"Saya tidak mengkritik siapa pun, di sini kita mempromosikan Internet," katanya pada Kamis.

Penggunaan internet telah berkembang di Venezuela dalam 11 tahun pemerintahannya terutama di kalangan masyarakat miskin.

Banyak warga Venezuela tertawa ketika Chavez mengumumkan akan bergabung dengan Twitter, mereka bertanya-tanya bagaimana pemimpin terkenal yang berbicara setiap hari hampir berjam-jam itu, dibatasi oleh batasan 140 karakter pesan dalam layanan itu.

Nama halaman Chavez di Twitter diikuti dengan "candanga," yang kalau diterjemahkan dalam bahasa lokal sebagai orang yang memberontak atau berkemauan keras.

Secara terpisah, warga Venezuela berumur 29 tahun ditahan pada Kamis sehubungan pesan teksnya yang menyerukan pembunuhan Chavez, kata pihak berwenang.

Menteri Dalam Negeri Tareck El Aissami mengatakan, pria itu ditahan di Merida, sebuah kota dekat perbatasan dengan Kolombia, bersama komputer dan perangkat lainnya.

"Kematian Hugo Chavez, untuk kebebasan tanah air dari tirani," kata menteri sambil membaca teks pesan itu.

Dia mengatakan, pesan itu terkait dengan kelompok paramiliter ilegal, AUC atau Kelompok Pasukan Bela Diri Kolombia yang memulai perlucutan senjata beberapa tahun lalu.

El Aissami mengatakan, insiden itu menunjukkan risiko konstan untuk Chavez dari "kaum borjuis Venezuela, Kekaisaran AS dan agen-agen transnasionalnya."

Chavez, pemimpin terkemuka Amerika Latin yang kritis terhadap Washington, kerap menuduh pemerintah Kolombia sebagai pion AS di kawasan. Namun kritikus mengatakan ia melebih-lebihkan ancaman tersebut untuk mengalihkan perhatian dari masalah dalam negeri.

(Adm/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010