Dia mengatakan gambaran dari film dokumenter karya sutradara Singapura yang kabarnya akan disertakan dalam festival film dokumenter internasional itu hanya riak-riak kecil tentang sisi lain pariwisata di Bali semata.
"Tidak akan mempengaruhi kunjungan wisata secara nasional maupun wisata di Bali," kata Dedy.
Menurutnya, film yang menggambarkan para gigolo di Bali adalah dampak pariwisata, khususnya dampak negatifnya.
"Jika di Yogyakarta kecil kemungkinan terjadi karena pelaku pariwisata masih memegang teguh budaya dan ada batasan norma, agama, dan aturan lainnya," katanya.
Ia mengatakan dampak negatif dari industri pariwisata sendiri seperti soal gigolo tidak sampai terekspos jika pelaku wisata menyadari dampak negatif dari pariwisata.
"Mungkin satu dua ada yang melakukan hal yang sama seperti di dalam film tersebut. Namun, itu tidak terungkap dan kita mengambil dari sisi positifnya saja industri pariwisata ini," katanya.
Dedy mengatakan pihaknya selalu berkoordinasi dengan organisasi pramuwisata untuk memberikan pelatihan dan batasan kepada pemandu wisata.
V001/D007/AR09
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010