Palembang (ANTARA News) - Ketua Dewan Pers, Prof Dr Bagir Manan SH MCl, memberikan kuliah umum kepada 28 wartawan angkatan II Sekolah Jurnalisme Indonesia Sumatera Selatan, di Palembang, Rabu.

Bagir Manan pada kuliah perdana angkatan II Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) Sumsel memberikan kuliah umum kepada peserta, sekaligus berdialog dengan mereka dan para praktisi media maupun pimpinan media massa di Palembang.

Hadir dalam kuliah perdana itu pimpinan SJI PWI, Zulkarimein Nasution, Encub Soebekti, Pemred Harian Umum Berita Pagi Palembang, Iman Handiman, Kabiro Harian Seputar Indonesia Sumsel, Aina Rumiati Azis, Kabiro LKBN ANTARA Sumsel, Budisantoso Budiman, dan beberapa pengurus PWI Sumsel.

Menurut Bagir yang juga mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) itu, pendidikan dan pelatihan pers bukanlah sesuatu yang baru, tetapi telah dijalankan sejak masa awal kemerdekaan, seperti yang dipimpin dan dijalankan Mr Sumanang dan menjadi rintisan awal menuju berbagai pendidikan tinggi jurnalistik di tanah air.

Dia menyatakan, di masa Hindia Belanda, Adinegoro, salah seorang perintis pers nasional dengan sengaja keluar negeri untuk belajar seluk beluk pers.

Ia mengatakan, pendidikan dan pelatihan pers didorong pula oleh alasan, pertama kemajuan ilmu jurnalistik, kedua kemajuan ilmu dan teknologi, ketiga perkembangan peran pers, keempat tuntutan persaingan, dan kelima membangun profesionalisme. Sedangkan yang terakhir, sebagai cara membersihkan masyarakat kewartawanan dari wartawan yang tidak kompeten dan atau beritikad buruk dengan profesinya.

Bagir menegaskan, tujuan pendidikan dan pelatihan hanya akan dapat tercapai kalau didukung oleh tenaga-tenaga pendidik dan pelatih yang kompeten, pengorganisasian yang baik, fasilitas memadai, dan peserta didik yang berkeinginan untuk maju.

Pada kuliah umum tersebut, sejumlah peserta juga mempertanyakan mengenai kesejahteraan wartawan sebagaimana diatur dalam pasal 10 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Menurut Bagir, mengenai kesejahteraan wartawan ini memang selalu ditanyakan saat ia berkunjung ke daerah-daerah.

Dia menyatakan bahwa persoalan kesejahteraan wartawan itu sebenarnya berhubungan dengan perburuhan, antara buruh dengan majikan.

Bagir mengingatkan, wartawan juga harus memiliki kompetensi, sehingga kalau memang di suatu perusahaan itu wartawan tidak mendapatkan kesejahteraan yang memadai dan bergaji kecil, bisa pergi. Namun yang ditakutkan itu bila tidak ada kompetensi, sehingga menerima saja perlakuan yang diterima dari perusahaan.

Kompetensi itu dalam rangka meningkatkan daya tawar, ujar dia pula.

Peserta angkatan II SJI Sumsel itu, juga mempertanyakan peran Dewan Pers terhadap wartawan-wartawan di daerah yang menghadapi masalah dengan profesinya.

Menanggapi itu, Bagir mengatakan bahwa Dewan Pers juga memperhatikan wartawan di daerah-daerah jika ada persoalan dan mereka akan turun ke daerah untuk membantu mengatasinya.

(L.U005*B014/KWR/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010