New York (ANTARA News) - Harga minyak jatuh ketiga kalinya selam tiga hari berturut-turut di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai stabilitas zona euro dan aksi jual gila-gilaan di pasar keuangan AS.

Minyak mentah berjangka menguat pada perdagangan pagi hari, tetapi kemudian cenderung menurun setelah euro jatuh di bawah 1,27 dolar atau level terendah sejak Maret 2009.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juni, ditutup turun 2,86 dolar menjadi 77,11 dolar per barel. Selama tiga sesi terakhir perdagangan minyak telah turun 10,5 persen.

Minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Juni merosot 2,78 dolar AS menjadi 79,83 dolar di London.

"Harga minyak mentah kesulitan, karena euro terus melemah, mencapai titik terendah dalam 14 bulan terhadap dolar," kata analis Sucden Financial Research, Myrto Sokou.

"Penguatan dolar AS mengurangi sentimen investor."

Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak dalam mata uang dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang saingannya, seperti euro.

Upaya investor untuk terus mengindari risiko, terus menekan mata uang Eropa dan mendorong naik dolar, yang dipandang sebagai aset "safe haven" (tempat berlindung yang aman) selama kekacauan keuangan.

"Kami terus memperkirakan euro untuk turun lebih lanjut dalam jangka pendek dan menengah," kata Dariusz Kowalczyk, kepala strategi investasi SJS Markets.

Dia mengatakan komoditas termasuk minyak mentah "terpukul oleh penghindaran risiko dan penguatan dolar."

Euro jatuh ke level terendah terhadap dolar AS selama lebih dari satu tahun karena demonstrasi besar-besaran di Yunani yang mengancam masa depan zona euro dan mata uang tunggal, kata dealer.

Mata uang bersama Eropa mencapai 1,2654 dolar, atau terendah sejak 11 Maret tahun lalu.

Harga minyak, sementara itu, telah merosot sejak Senin ketika menyentuh 87,15 dolar - level tertinggi sejak Oktober 2008.

Pasar juga sedang terbebani oleh meningkatnya persediaan minyak di Amerika Serikat, yang mengindikasikan permintaan dari negara konsumen energi terbesar di dunia itu menurun.

Data yang dirilis Departemen Energi AS, Rbua, menunjukkan stok minyak mentah AS meningkat 2,8 juta barel pekan lalu yang jauh lebih besar dari ekspektasi pasar untuk kenaikan sekitar 700.000 barel.

Di tempat lain pada Kamis, warga pesisir cemas menanti hasil upaya pencegahan tumpahan minyak Teluk Meksiko dengan sebuah kubah raksasa untuk membatasi kerusakan yang memunculkan bencana lingkungan.

Reuters/A026/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010