Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai, etika dan kepatuhan masyarakat pada aturan belum tumbuh sehingga bisa menciptakan ketidaktenteraman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Yang sama-sama kita rasakan kurang dan belum tumbuh baik adalah etika dan kepatuhan pada aturan. Kalau hal ini dibiarkan, kehidupan politik dan demokrasi akan pincang dan tidak menghadirkan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," kata Presiden saat membuka Kongres Umat Islam Indonesia V di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Jumat.

Dengan kondisi itu, katanya, menjadi kewajiban bersama utamanya para pemimpin untuk bersama-sama berikhtiar dan bertindak nyata untuk membangun kepatuhan masyarakat kepada aturan, etika, dan pranata.

Menurut Presiden, napas dan nilai utama demokrasi adalah kebebasan dan aturan atau kepatuhan kepada pranata, termasuk pranata hukum, pranata agama dan pranata sosial.

"Dewasa ini kita menyaksikan dan merasakan kebebasan yang telah tumbuh dan berkembang seperti kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul, kebebasan dalam pemilu, kebebasan pers dan kebebasan lainnya. Tentu saja ini suatu capaian dan langkah maju dibandingkan apabila sebuah negara kering kebebasan dan hidup bagai belenggu," kata Presiden.

Presiden hadir didampingi Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri kabinet seperti Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Agama Suryadharma Ali dan Seskab Dipo Alam.
(D012/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010