Jakarta (ANTARA News). - Organisasi Kemasyarakatan Islam Nahdlatul Ulama (NU) di bawah kepemimpinan baru diharapkan tetap menjadi pelopor kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Harapan tersebut dikemukakan Ketua Umum Persekutuan Gerja-gereja Indonesia (PGI) Pdt Andreas Yewangoe dan Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Martinus Dogma Situmorang saat berkunjung ke PBNU, Jakarta, Jumat.

"Kami berharap PBNU yang baru ini tetap menjalin hubungan baik yang selama ini dijalankan oleh KH Abdurrahman Wahid dan KH Hasyim Muzadin" kata Yewangoe saat diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.

Sebagai ormas Islam terbesar, NU diharapkan tetap menjalin hubungan baik dengan berbagai elemen masyarakat yang menganut agama lain di Indonesia.

Yewangoe berharap ke depan tidak lagi terjadi tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama di Indonesia.

"Sebagai lembaga agama kita harus mampu melawan kekerasan itu," katanya.

Situmorang menambahkan, organisasi berbasis agama seperti NU, Muhamadiyah, PGI, dan KWI perlu aktif dalam memelihara hubungan sesama masyarakat yang harmonis dan saling menghargai.

"Kita tidak bisa memandang agama saja, tanpa korelasi dengan kehidupan bermasyarakat. Kita juga perlu membantu pemerintah republik ini agar bisa bekerja dengan baik," katanya.

Pihaknya berharap pertemuan antara pemimpin NU dengan KWI maupun PGI bisa diselenggarakan rutin guna membahas berbagai persoalan yang dihadapi bersama.

Menanggapi hal itu Said Aqil menyatakan, toleransi merupakan salah satu prinsip yang dipegang NU di dalam bermasyarakat.

Karena itu, di dalam mengembangkan dakwah Islam, NU dan masyarakat pesantren senantiasa menggunakan cara-cara yang santun, bertahap, dan tidak memaksa.

"Pada saat mengajar di pesantren, para kiai sangat keras dalam mengajarkan soal hukum agama kepada para santri, tetapi ketika keluar pesantren dan berhadapan dengan masyarakat yang beragam, para kiai lebih lunak dalam mendakwahkan Islam," katanya.
(S024/J006/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010