Jakarta (ANTARA News) - Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Halim Alamsyah mengkritik tingginya ongkos intermedia bank sehingga mendesak sektor keuangan dan perbankan segera meningkatkan efisiensi proses intermediasi.

"Dengan efisiensi ini sektor keuangan akan dapat mendorong meningkatkan kapasitas dan ketahanan sisi sektor riil nasional yang pada giliran selanjutnya akan memperbesar kinerja sektor keuangan itu sendiri," kata Halim di Jakarta, Minggu.

Dia menjelaskan, efisiensi fungsi intermediasi harus menjadi prioritas utama karena sampai saat ini masih banyak keluhan akan mahalnya biaya intermediasi di Indonesia.

Struktur perbankan juga cenderung oligopolistik karena sebagian bank yang menguasai dana pihak ketiga memiliki kekuatan pasar untuk menentukan harga atau suku bunga kredit.

Faktor lainnya, lanjut Halim adalah kurangnya minat berinvestasi di pasar modal dan jasa keuangan di sub sektor keuangan lain seperti asuransi sehingga sektor perbankan menjadi komponen dominan di sistem keuangan.

"Dominasi pembiayaan oleh perbankan mengakibatkan fungsi intermediasi secara nasional belum berjalan dengan efisien. Perbankan dapat menentukan biaya intermediasi tanpa mendapatkan kompetisi yang sehat dari pasar modal atau lembaga keuangan non bank," katanya..

Selain itu, hal ini juga terjadi karena tingginya ekses likuiditas dan cenderung persisten dalam sistem perbankan nasional, seperti konsentrasi penanaman dana non-kredit pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan SUN yang tinggi dan cenderung naik di dalam sistem perbankan sejak 10 tahun yang lalu. (*)

D012/J006/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010