Tokyo (ANTARA News) - Peneliti Jepang pekan lalu mengatakan mereka menemukan merkuri dalam tingkat tinggi pada penduduk kota pemburu lumba-lumba, Taiji, yang ditampilkan di dalam film dokumenter peraih Oscar "The Cove", tapi tak ada penyakit yang berkaitan dengan itu.

Logam berat beracun tersebut terkonsentrasi pada rantai makanan dan dapat diserap oleh manusia ketika mereka memakan spesies pemangsa daging seperti ikan lumba-lumba, yang dagingnya telah disajikan di toko dan, pada waktu lalu, pada makan siang di Jepang.

Jajak pendapat atas sebanyak 1.000 warga Taiji mendapati tingkat tinggi merkuri pada rambut sebagian dari mereka, tapi tak seorang pun pernah jatuh sakit sebagai akibatnya, kata Direktur Lembaga Nasional bagi Penyakit Minamata,Koji Okamoto.

"Dari 1.000 orang yang kami teliti, ada beberapa orang yang rambut mereka mengandung methyl merkuri dalam tingkat tinggi," katanya. "Lalu kami mengkaji sebanyak 200 orang termasuk semua orang ini. Tetapi kami tak menemukan kasus neurologi keracuan methyl merkuri."

Hasil terperinci studi itu akan disiarkan dalam pertemuan di balaikota di kota kecil nelayan di bagian barat-daya Jepang tersebut, Ahad.

Taiji menjadi sorotan dunia dengan tersiarnya film dokumenter ekologi yang laris keras tahun lalu "The Cove" mengenai perburuan tahunan ikan lumba-lumba di sana. Sebagian pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan kamera tersembunyi dan menyoroti ancaman merkuri.

Film itu, yang menampilkan tayangan grafis mengenai hewan mamalia laut yang ditikam dengan sejenis tombak dengan tali hingga mati, membuat marah nelayan setempat, yang mengatakan perburuan lumba-lumba adalah bagian dari kebudayaan mereka dan mengecam teknik sembunyi-sembunyi oleh awak pembuat film tersebut.

Film itu meraih "Academy Award` bagi kategori film dokumenter terbaik tahun ini.

Methyl merkuri berada di belakang bencana polusi industri terburuk di Jepang. Dalam peristiwa itu, satu pabrik membuang bahan kimia beracun ke Teluk Minamata di Jepang baratdaya dari 1950-an, sehingga meracuni habitat laut dan penduduk setempat.

Semua korban menderita kejang, serangan jantung dan kehilangan perasaan serta kendali motorik sehingga merusak kemampuan mereka untuk berjalan serta berbicara. Bayi dilahirkan dengan kerusakan sistem syaraf dan kelainan lain fisik serta mental.

AFP/C003/M016

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010