Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kunjungan kehormatan mantan Presiden Polandia Lech Walesa di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.

Lech Walesa dijadwalkan memberikan presidential lecture di Istana Negara pada Rabu siang.

Pada kesempatan itu baik Presiden Yudhoyono maupun Walesa mengenakan kemeja batik lengan panjang berwarna coklat keemasan.

Sebelum memberikan presidential lecture, Walesa diterima Presiden di ruang Jepara Istana Merdeka. Kedua tokoh berbincang-bincang selama lebih kurang 30 menit. Turut mendampingi Presiden antara lain Menlu Marty Natalegawa dan Jubir Kepresidenan Dino Patti Djalal. Walesa melakukan lawatan selama 10 hari di Indonesia sejak 8 Mei lalu.

Menurut Duta Besar Polandia di Indonesia Tomasz Lukaszuk kunjungan Lech Walesa, ke Indonesia merupakan isyarat bahwa hubungan dan kerja sama kedua negara meningkat dan bertambah erat tahun demi tahun.

Ia mengatakan bahwa Walesa tidak saja akan membicarakan isu-isu global dengan para pejabat tinggi Indonesia yang ditemuinya tetapi juga merintis kerja sama di bidang industri perkapalan.

"Lech Walesa memiliki pengetahuan dan pengalaman luas mengenai seluk-beluk industri perkapalan ketika ia masih bekerja di galangan kapal Gdansk dan memimpin organisasi buruh Solidaritas di sana," tambah Tomasz.

Di antara lawatannya di Jakarta, Yogyakarta dan Bali, Walesa yang kini memimpin Institut Lech Walesa, menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Bali Democracy Institute di Universitas Udayana, Denpasar. Institut Lech Walesa telah menjalin kerja sama serupa dengan berbagai organisasi di Eropa dan Amerika Serikat dalam upaya untuk mendorong demokrasi.

Lech Walesa adalah peraih Nobel Perdamaian tahun 1983 saat Polandia masih dikuasai rezim komunis yang bersekutu dengan Uni Soviet. Pemerintah Polandia menandatangani satu perjanjian yang antara lain mengizinkan kegiatan serikat buruh independen dan menghentikan tindakan pengekangan maupun tekanan-tekanan terhadap anggota oposisi pro-demokrasi pada 31 Agustus 1980.

Dampak dari perjanjian itu, untuk pertama kali terbentuk suatu organisasi demokratik besar, Serikat Buruh Independen dan Bebas Solidarnosc (Solidaritas), di blok negara-negara komunis, dengan Lech Walesa sebagai pemimpinnya. Namun hal itu tak berlangsung lama.

Rezim Komunis Soviet dan Pemerintah Polandia yang sehaluan tidak senang dengan berbagai kegiatan kelompok-kelompok independen termasuk Solidarnosc. Pada 13 Desember 1981 Pemerintah Polandia mengumumkan status negara dalam keadaan perang.(ANT/A038)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010