Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan di Jakarta, Jumat sore, meluncurkan buku berjudul "SBY Pemimpin di Era Perubahan". "Buku-buku tentang tokoh yang kita lihat di toko buku masih sangat sedikit, karena itulah saya termotivasi untuk menuliskan buku referensi tentang tokoh yang sudah memberikan kerja nyata, sosok seorang pemimpin di era perubahan," katanya.

Dalam acara peluncuran buku tersebut hadir Wakil Presiden, Boediono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, anggota DPR RI, dan sejumlah tokoh lain.

Sjarif menambahkan, penulisan buku tersebut didasari oleh keinginan untuk memberikan kenang-kenangan kepada generasi mendatang tentang ketokohan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Kami ingin memberikan kenang-kenangan bagi generasi yang akan datang bahwa Indonesia memiliki pemimpin yang mampu memimpin bangsa ini dalam masa-masa sulit, yakni SBY," katanya.

Buku yang diterbitkan oleh RM Books tersebut, membahas tentang berbagai hal terkait Susilo Bambang Yudhoyono mulai dari kemenangannya, janji membangun bangsa, menegakkan supremasi hukum, prestasi menumbuhkan ekonomi nasional, menata untuk rakyat, hingga pendidikan untuk semua.

Sjarif juga memberikan bahasan panjang lebar tentang program menuju Indonesia sehat, membangkitkan sektor pertanian, merawat kekayaan hutan, mengeksplorasi kekayaan laut, menumbuhkan kehidupan beragama yang toleran, mempertahankan kedaulatan NKRI, hingga pergulatan di kancah internasional.

Pengamat politik CSIS, J. Kristiadi, berpendapat buku tersebut masih menarik tetapi masih bisa diperbaiki dari sisi bahasanya.

"Saya tidak yakin ini rumusan Pak Sjarif Hasan, yang di antaranya ingin menunjukkan SBY sebagai pemimpin paling hebat sejak reformasi. Dalam buku ini ditunjukkan sejak masa reformasi belum ada Presiden yang mampu melakukan banyak perubahan selain SBY," katanya.

Menurut dia, ada hal yang perlu dirumuskan lebih baik agar tidak membuat pendukung presiden lain sejak masa reformasi seperti BJ.Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, kecewa.

"Saya menilai dengan angka sembilan untuk usaha pembuatan buku ini, tetapi saya menilai tujuh untuk isi buku," katanya.(*)
(T.H016/Z002/R009)

Oleh Ricka Oktaviandini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010