Jika dulu tarkam adalah jalan memperpanjang silaturahmi dan pertemanan, kini fanatisme beraroma adu gengsi menjadi lebih kentara
Tarkam dan kultur sepak bola kita

Sepak bola menjadi salah satu cabang olahraga yang paling populer di Indonesia, bukan hanya untuk dimainkan, tapi juga asik ditonton. Entah itu di lapangan luas maupun di gang-gang sempit, olahraga ini memiliki daya tarik yang mampu memikat orang.

Tidak ada literatur sejarah yang bisa memastikan sejak kapan tarkam dimainkan. Fenomena tersebut seolah menjadi sebuah tradisi yang terus menerus menggelinding di sepak bola Indonesia.

Di beberapa daerah, terutama di pedesaan, tarkam menjadi seolah adu gengsi antar kampung: mana yang sepak bolanya lebih hebat?

Ketika saya masih kecil di pinggiran Kota Bandung, setiap akhir pekan di musim kemarau adalah ritus bagaimana mencintai sepak bola.

Kami berduyun-duyun datang ke lapangan kampung setiap sore demi mendukung tim daerah. Bahkan rela meminjam truk untuk mendukung langsung tim ketika berlaga dengan daerah lain yang letaknya cukup jauh.

Truk adalah kendaraan yang mudah dipinjam sebab tempat tinggal saya dekat dengan pasar induk. Kami tak sulit untuk membajak kendaraan itu dengan tameng "warga lokal".

Kami yang datang ke lapangan hadir dengan atribut lengkap sampai drum yang siap ditabuh sepanjang laga demi memberi semangat.

Jika dulu tarkam adalah jalan memperpanjang silaturahmi dan pertemanan, kini fanatisme beraroma adu gengsi menjadi lebih kentara.

Sejumlah pengusaha yang memiliki uang berlimpah dan tentunya ingin ada hiburan yang menarik, berlomba-lomba menggelar turnamen. Tak sedikit dari mereka yang mengundang pemain kenamaan demi meramaikan gelaran tersebut, bahkan sampai ada yang memanggil pemain luar yang memiliki portofolio pernah bermain di klub liga Indonesia.

Tawaran dana yang besar secara sekejap mulai dari jutaan hingga puluhan juta rupiah, membuat sulit bagi para pemain profesional untuk memalingkan muka meski ancaman besar mengintai mereka.

Berikut: Dapur yang harus ngebul

Copyright © ANTARA 2020