Bekasi (ANTARA News) - Manajemen Hasana Damai Putra selaku developer Perumahan Harapan Indah, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, menyatakan kerugian setelah adanya unjuk rasa terhadap Patung Tiga Mojang mencapai ratusan juta rupiah.

"Kerugian akibat peristiwa itu mencapai ratusan juta rupiah. Sebab ada beberapa fasilitas kami yang sengaja dirusak oleh massa," ujar Direktur Hasanah Damai Putra (HDP), Kunto Wijoyo, kepada ANTARA, di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu.

Menurutnya, dalam unjuk rasa yang melibatkan ribuan orang yang tergabung dalam aliansi Forum Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB) pada Jumat (14/5), massa merusak sejumlah panel listrik otomatis, dan mencoret-coret Patung Tiga Mojang menggunakan cat semprot.

"Patung Tiga Mojang, dibuat oleh seniman asal Bali, yakni Nyoman Nuarte pada tahun 2007 lalu dengan dana senilai Rp2,5 miliar dalam rangka mempercantik estetika perumahan, tidak ada maksud untuk menyinggung salah satu golongan," ujarnya.

Patung setinggi 25 meter yang terletak di pintu gerbang utama perumahan itu, kata dia, dinodai menggunakan cat semprot oleh massa dengan berbagai macam tulisan dan warna.

Sejumlah spanduk dan poster yang terpampang antara lain bertuliskan "Kami Islam Bukan Musyrik", dan "Segera Bongkar Patung Ini". Bahkan, massa memasangkan kerudung di masing-masing kepala patung tersebut dan menutup tubuh patung dengan kain putih.

"Patung itu berbentuk tiga orang perempuan yang membentuk formasi saling membelakangi satu sama lain, dengan tubuh dibalut kain. Patung ini sengaja dirancang dengan mengenakan pakaian minim guna menambah estetika seni," katanya.

Kunto menambahkan, kerusakan panel listrik yang merupakan induk dari rangkaian aliran listrik bagi penerangan jalan di wilayah setempat mengalami kerusakan akibat terkena benturan benda tumpul. Namun, alat tersebut masih berfungsi.

"Kami masih mempertimbangkan, apakah akan melaporkan hal ini kepada pihak kepolisian atau tidak. Yang jelas kami merasa resah dengan sikap para demonstran kemarin," katanya.

Secara terpisah, Koordinator FAPB, Murhali Barda, mengatakan pengrusakan itu merupakan aksi spontanitas massa yang merasa kecewa terhadap lambatnya penanganan masalah penistaan agama di wilayah setempat oleh pihak-pihak terkait.

"Kami menilai keberadaan patung itu tidak sesuai dengan syariat Islam, sebab berpakaian seronok dan berdiri di atas lahan yang dulu pernah dijadikan sebagai lokasi pertempuran KH Noer Ali bersama pasukan Hisbullah melawan penjajah," katanya.

Kendati demikian, kata Murhali, pihaknya bersedia bertanggung jawab terhadap perusakan yang dilakukan anggotanya.

"Saya siap bertanggung jawab bila persoalan ini harus dibawa ke ranah hukum. Saya hanya berperan mewakili umat Islam terhadap maraknya aksi penistaan agama kami di wilayah ini," ujar Murhali. (AFR/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010