Palu (ANTARA News) - Sejumlah warga Palu, Sulawesi Tengah, meminta kepada PLN agar mereka bisa membayar tagihan listrik separuh dari total tagihan rekening karena pemadaman listrik bergilir semakin parah.

Ny. Intje, seorang warga yang ditemui di Palu, Minggu, mengaku kesal terhadap pemadaman listrik yang terjadi hingga 16 jam dengan intensitas pemadaman hingga tiga kali dalam sehari.

"Lebih baik saya bayar tagihan listrik setengah saja karena padamnya lebih banyak dari pada menyala," katanya.

Dia juga mengatakan, seringnya pemadaman membuat sejumlah peralatan elektronik mengalami kerusakan.

Intje mencontohkan, kulkas miliknya beberapa bulan lalu masih normal dan cepat membuat es batu, setelah seringnya terjadi pemadaman selama tiga pekan terakhir, kulkasnya menjadi lambat dingin.

"Bagaimana bisa menjual es batu, jika airnya lama membeku. Bahkan sebelum membeku listrik sudah padam," katanya kesal.

Sementara, Alin warga Palu Timur mengatakan, PLN sebaiknya menepati jadwal pemadaman yang telah ditetapkan sebelumnya.

"Jangan sembarangan melakukan pemadaman karena ada daerah yang baru menyala selama dua jam sudah mati lagi selama enam jam. Bagaimana ini," katanya mempertanyakan.

Manajer PLN Cabang Palu I Nyoman Sudjana mengatakan, pemadaman yang terjadi selama ini disebabkan oleh perawatan boiler Unit I pada PLTU Panau.

Selain itu, katanya, stok batu bara juga dalam kondisi kritis sehingga pemadaman bergilir terpaksa dilakukan.

"Keadaan itu menyebabkan suplai PLTU ke PLN hanya 8 MW. Dalam kondisi normal PLTU bisa menyuplai daya sebesar 25 MW," kata Nyoman menjelaskan.

Dia mengatakan stok batu baru sebanyak 5 ribu ton diperkirakan akan sampai di Palu pada Senin (17/5) sehingga PLTU bisa beroperasi normal kembali. "Kita berharap cuaca di laut normal sehingga batu bara dari Kalimantan Timur bisa tiba sesuai jadwal," ujarnya.

Mengenai pembayaran setengah harga, Nyoman Sudjana mengatakan konsumen membayar rekening setelah menggunakan listrik. "Jadi, selama pemadaman terjadi otomatis tagihan juga berkurang," tuturnya. (R026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010