Jakarta, 21/5 (ANTARA) - 102 tahun lalu atau tepat pada tanggal 20 Mei 1908, kaum muda terpelajar seperti Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Soedirohoesodo, Dr. Goenawan dan Soewardi Soerjoningrat mendirikan perkumpulan Boedi Oetomo yang kelak menjadi inspirasi bangkitnya kesadaran akan pentingnya kemerdekaan, persatuan dan kesatuan bangsa. Kesadaran inilah yang kelak menjadi semangat kebersamaan untuk melawan penjajahan yang selama berabad-abad mencengkeram tanah air Indonesia. Terbentuknya organisasi Boedi Oetomo yang kemudian ditetapkan dan diperingati menjadi Hari Kebangkitan Nasional merubah paradigma perjuangan yang semula bersifat lokal dan sporadis menjadi nasional dan organisasional.

     Fenomena munculnya nasionalisme tersebut terjadi karena didorong oleh faktor sejarah dan secara ideologis merupakan bentuk dari kesadaran berbangsa dan bernegara. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menyatakan, berdasarkan fakta sejarah, bangsa ini merupakan bangsa bahari yang menjadi pintu gerbang jalur perdagangan rempah-rempah sebagai komoditas terkenal di Asia dan Eropa selama berabad-abad. "Untuk itu dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun ini tepatlah kiranya apabila bangsa Indonesia kembali mengingat jati dirinya sebagai bangsa maritim" demikian ucap Fadel dalam diskusi peringatan kebangkitan nasional di Gedung Mina Bahari I Kementerian Kelautan dan Perikanan (21/5).

     Fadel yang juga Ketua Harian Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) dalam diskusi bertema Membangun Visi Maritim Nusantara mengatakan, sudah saatnya Indonesia kembali kepada jati dirinya sebagai bangsa maritim besar yang diakui dunia. Dengan menjadi bangsa yang unggul dan sadar akan jati dirinya maka dapat dipastikan Indonesia akan mampu menjadi bangsa mandiri dengan kekayaan sumberdaya kelautan yang dimiliki. Pada akhirnya, dengan kemandirian bangsa maka kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat dapat tercapai.

     Masa depan bangsa ditentukan oleh refleksi bangsa tersebut dalam merekonstruksi sejarah masa lalunya, sebagai batu pijak ke masa depan. Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar, harus mampu menghadapi era globalisasi. Kekuatan sumber daya alam yang luar biasa, serta memiliki sumber daya manusia yang brilian dan tahan uji, harus bangkit untuk menuju Indonesia sebagai Negara Kelautan Yang Kuat dan Mandiri. Dengan semangat yang tinggi itu, harus mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa di mata dunia, seperti kejayaan yang lalu, demikian disampaikan Fadel.

     Selain diskusi dengan narasumber Martono Yuwono, Tridoyo Kusumastanto, Hasyim Djalal dan Bambang Wibawarta, pada acara peringatan kali ini juga dilakukan peluncuran buku berjudul "Membangkitkan Semangat Bangsa Kembali ke Laut, Suatu Hak Budaya" karangan Martono Yuwono. Dalam buku setebal 83 halaman tersebut memuat sejarah perjalanan bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari semenjak masa Sriwijaya dan Majapahit di abad ketujuh dan empat belas Masehi. Buku ini juga menyadarkan bagi pembacanya bahwa dengan membangkitkan kembali jati diri dan semangat bangsa kembali ke laut dapat mempersiapkan Indonesia untuk mempersiapkan diri memasuki era global yang sarat akan persaingan.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Dr. Soen'an H. Poernomo, M.Ed., Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, HP. 08161933911




Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010