Bandung (ANTARA News) - Pengamat politik Charta Politika Arya Fernandez menilai, pertarungan gagasan antarkandidat ketua umum sangat diperlukan dalam sebuah kongres partai dengan agenda utama pemilihan ketua umum.

"Dalam era demokrasi ini, seharusnya ada pertarungan gagasan antarkandidat ketua umum, kalau panitia kongres ingin menghadirkan sesuatu yang baru," katanya pada acara diskusi bertema "Membangun Budaya Demokrasi" yang diselenggarakan "Pusat Informasi Anas" di arena Kongres II Partai Demokrat di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu.

Menurut Arya, selain diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh gagasan-gagasan mereka terhadap pengembangan partai ke depan, adu argumentasi antarkandidat juga dapat menghidupkan suasana kongres agar lebih menarik.

"Peserta kongres dan publik juga mengharapkan adanya pertarungan gagasan itu," ujarnya.

Dengan publikasi besar-besar yang dilakukan tim sukses tiga kandidat ketua umum, Andi Mallrangeng, Anas Urbaningrum, dan Marzuki Alie, Arya menilai, pesan kampanye serta visi misi ketiga kandidat belum sampai kepada kader Partai Demokrat yang akan dipimpinnya.

Pembicara lain, Dosen FISIP UGM Sigit Pamungkas berpendapat, dalam pengambilan sebuah keputusan atau kebijakan partai, hendaknya memperhatikan keterlibatan para kader atau anggota partai.

"Di Indonesia hampir tidak ada ruang bagi kader atau anggota partai untuk ikut terlibat dalam pengambilan kebijakan. Yang ada adalah setiap kebijakan ditentukan oleh birokrasi partai," katanya.

Ia menegaskan, jika ingin menjadi partai modern, ke depan Partai Demokrat hendaknya tidak boleh lagi mengandalkan "restu" tokoh sentral partai.

"Kalau mengandalkan restu atau dukungan tokoh sentral, semua usaha yang dilakukan kandidat jadi tidak ada gunanya sama sekali. Kalau memang restu itu menentukan, lebih baik diberikan sejak awal," katanya.

Mengenai karakter kepemimpinan yang bisa diterima pemilih atau rakyat adalah berkarakter di "tengah", karena rakyat tidak suka pemimpin yang terlalu "kanan" atau terlalu "kiri".(A041/B013)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010