Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah berencana melakukan ekspor sekitar satu juta ton beras pada 2009, menyusul tercapainya program swasembada dan kelebihan produksi atau surplus beras.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian, Ir Sutarto Alimoeso kepada wartawan usai acara sosialisasi pengadaan gabah dan beras tahun 2009 di Surabaya, Senin.

"Tahun 2008 lalu, surplus beras mencapai 2,34 juta ton dan tahun ini surplus beras diperkirakan sekitar 3,8 juta ton dari target produksi 63,5 juta ton gabah kering giling (GKG). Kalau itu terealisasi, pemerintah seharusnya berani melakukan ekspor," katanya.

"Hitung-hitungan kami, stok aman nasional minimal lima juta ton, sementara surplus beras selama dua tahun diatas enam juta ton. Kelebihan stok satu juta ton itu yang akan diekspor," tambah Sutarto.

Negara-negara tetangga seperti Brunei Darussalam, Singapura, dan Timor Leste menjadi pangsa pasar cukup potensial untuk beras dalam negeri.

Sutarto memprediksi harga beras dunia yang turun dalam beberapa waktu terakhir, akan kembali meningkat seiring kenaikan harga pupuk urea di pasar internasional.

"Kenaikan biaya produksi dipastikan akan mendongkrak harga beras. Tapi harus diakui, masih ada beberapa pihak yang tidak setuju dengan rencana ekspor tersebut. Namun, pemerintah harus optimis dan mempertimbangkan hal ini," tambahnya.

Pada musim tanam 2008/2009, pemerintah menargetkan pencapaian produksi beras sebanyak 63,5 juta ton GKG atau meningkat dibanding produksi sebelumnya sekitar 60 juta ton.

Untuk merealisasikan target tersebut, Sutarto menambahkan ada sejumlah strategi yang sudah disiapkan, diantaranya peningkatan produktivitas, sosialisasi lapangan, pengamanan produksi, dan penguatan kelembagaan.

Khusus untuk peningkatan produktivitas, pemerintah berupaya menyediakan bibit atau benih padi unggul dan stok pupuk yang memadai.

Menurut Sutarto, produksi pupuk urea tahun ini ditingkatkan dari 4,8 juta ton menjadi 5,5 juta ton, kemudian NPK dari satu juta menjadi 1,5 juta ton, ZA dari 800 ribu menjadi 923 ribu ton, dan pupuk organik sekitar 450 ribu dari sebelumnya 350 ribu ton.

"Selain menambah jumlah produksi, pola distribusi atau penyaluran pupuk juga dibenahi. Kalau ternyata masih kurang, pemerintah akan berupaya untuk memenuhi," jelasnya.

Ia mengatakan, kelangkaan pupuk yang terjadi setiap menjelang musim tanam, diakibatkan beberapa faktor, seperti pola pengunaan pupuk yang berlebihan oleh petani, distribusi yang tidak maksimal dan dugaan adanya pihak yang "bermain". (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009