Semester satu masih akan ada risiko karena kita belum tahu
Jakarta (ANTARA) - Director, Chief Investment Officer PT Jagartha Penasihat Investasi (Jagartha Advisors) Erik Argasetya memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mencapai 7.000 hingga 7.250 pada 2021 mendatang.

Kendati demikian, lanjutnya saat diskusi secara daring dengan awak media di Jakarta, Rabu, semester pertama tahun depan menjadi krusial bagi pergerakan IHSG karena masih ada risiko terkait efektivitas vaksin COVID-19.

"Semester satu masih akan ada risiko karena kita belum tahu. Vaksin sudah ditemukan dibilangnya, sudah didistribusi, sudah diimplement, tapi efektif atau tidak. Sekarang kan market cuma lihat ni sudah distribusi, udah excited semuanya. Tapi begitu kita masuk bulan Januari, Februari, terus mulai banyak kasus, "Oh vaksin tidak bekerja, saya kena lagi" , kita tidak pernah tahu," ujar Erik.

Apabila ternyata vaksin terbukti manjur untuk mengatasi pandemi, lanjut Erik, maka ekonomi pun akan mengikuti dan lebih bergairah sehingga berpeluang menyentuh level 7.000-7.250.


Baca juga: IHSG ditutup menguat seiring aksi beli asing

Baca juga: IHSG Selasa diprediksi variatif seiring rilis data neraca perdagangan


"Plus indeks itu kita lihat dari pendapatan perusahaan, karena tahun ini rata-rata sudah turun minus 30-40 persen. Jadi untuk naik sekitar 25 persen itu harusnya berarti kan hanya seperempat usaha kan. Jadi kalau kita dari 100 persen tahun ini kan kita jebol 40 persen jadi 60, kalau misalnya kita tambahain 25 persennya dari 60 berarti kita cuma tambah jadi 75, kita gak balik jadi 100. Jadi 25 persen i think it's still very fair growth," ujarnya.

Pada Rabu (16/12) sore, IHSG ditutup menguat 108,27 poin atau 1,8 persen ke posisi 6.118,4. Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau "net foreign buy" sebesar Rp678,46 miliar.

Sementara itu secara sektoral, Erik mengatakan sejumlah sektor akan mengalami peningkatan seperti konsumer khususnya untuk mobil dan motor yang saat ini tampak mulai menunjukkan kenaikan penjualan.

Sektor lainnya yang akan prospektif tahun depan yaitu sektor properti mengingat suku bunga masih akan cukup rendah. Menurut Erik, properti komersial seperti mal dan perkantoran memang relatif sepi, namun untuk properti residensial masih tetap menarik.

"Kunci dari properti itu infrastruktur yang kuat dan suku bunganya rendah. Kalau suku bunga bisa dipertahankan cukup rendah, di mana kalau misalnya kita hubungkan dengan US market, bank sentral The Fed akan mempertahankan suku bunga rendah hingga 2023 dengan asumsi adjusted inflation itu stabil, ya berarti kita ada patokan at least 1-2 tahun interest rate-nya harusnya berada di level yang rendah," katanya.


Baca juga: IHSG awal pekan menguat tembus level psikologis 6.000

Baca juga: IHSG akhir pekan diprediksi variatif di tengah sentimen vaksin

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020