ROV merupakan robot bawah air
Jakarta (ANTARA) - Tim pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR) Batalyon Intai Ambfibi (Yontaifib) Mainir I menggunakan alat yang dioperasikan dari jarak jauh (remotely operated vehicle/ROV) untuk mencari serpihan dan perekam pembicaraan pilot di kokpit (cockpit voice recorder/CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu.

"ROV merupakan robot bawah air atau drone bawah air yang dioperasikan dengan menggunakan pengontrol dengan kedalaman 305 meter dan kecepatan 2,5 knot yang dilengkapi dengan kamera dengan kualitas 4K," jelas Komandan Yontaifib I Marinir, Mohammad Abdilah di Perairan Kepulauan Seribu, Jumat.

Pencarian di hari ketujuh ini dibantu ROV untuk melihat apakah ada obyek di bawah dengan harapan serpihan pesawat atau CVR bisa terlihat.

Selain itu, pencarian dilakukan di atas permukaan air dengan menerjunkan delapan penyelam.

Baca juga: Keluarga korban Sriwijaya Air tak perlu urus akta kematian

Abdilah menjelaskan kedalaman laut di lokasi penyelaman diperkirakan 15 - 20 meter. Namun, bukan menjadikan pencarian menjadi lebih mudah.

Hingga hari ketujuh operasi, komponen rekaman percakapan pilot dengan co-pilot atau CVR itu belum juga ditemukan.

Sebelumnya, pada Selasa (12/1) petang, salah satu bagian dari kotak hitam yakni Flight Data Recorder (FDR) atau rekaman data penerbangan telah ditemukan tim penyelam dari TNI Angkatan Laut (AL).

Basarnas memperpanjang masa pencarian korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu hingga 18 Januari 2021.

Baca juga: Tim SAR tambah penyelam cari CVR, korban dan puing SJ-182

Pewarta: Fauzi
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021