“Saya tahu kekuatan yang memecah belah kita itu dalam dan nyata. Namun saya tahu itu bukanlah hal baru.”
Cepat mengoreksi

Kiri radikal dan kanan radikal sama-sama ingin menggoyahkan elite kemapanan, tetapi mereka tak bersepakat mengenai siapa yang mereka sebut elite kemapanan itu.

Kaum kiri menyebut elite itu adalah Wall Street, miliarder-miliarder lembaga lindung nilai, dan donatur-donatur Partai Republik yang mereka sebut memetik keuntungan sambil menampik nilai serta praktik demokrasi.

Sebaliknya, kaum kanan menunjuk elite kemapanan sebagai para pialang kekuasaan budaya di Hollywood, media arus utama, kalangan kampus dan korporasi-korporasi besar yang menyanjung sekularisme penentang nilai-nilai konservatif Amerika, yakni nilai-nilai tradisional atau kekristenan.

Alhasil, mereka berbeda dalam melihat apa yang seharusnya dilakukan rezim yang mereka anggap bisa mereformasi sistem yang dikuasai elite kemapanan.

Pertentangan itu terus terjadi dan terlalu sulit untuk didamaikan sampai-sampai aspirasi mereka saja akhirnya tak terwujudkan. Faktanya, sampai jam terakhir masa kekuasaannya, Trump tetap meninggalkan masalah awal berupa ekonomi yang tertatih-tatih, utang yang menggunung, demokrasi yang terluka dan reputasi global Amerika yang sudah rusak.

Hal ini membuat kaum deklinisme yang percaya AS menuju kemunduran sampai mendorong Trump membuat slogan“Make America Great Again”, kian percaya bahwa kemunduran AS itu memang niscaya.

Sebaliknya mereka yang masih melihat banyak keunggulan di AS, termasuk ekonominya yang inovatif, menolak deklinisme.

Mereka, seperti kata mendiang ilmuwan politik termasyhur yang mengajukan teori terkenal “Clash of Civilization” (Benturan Peradaban), Samuel P. Huntington, beranggapan AS memiliki energi dan kapasitas untuk cepat mengoreksi diri sehingga lestari besar dan tetap menjadi aktor paling menentukan di dunia.

Joe Biden juga sedang berusaha mengoreksi ketidakbenaran yang terjadi kemarin, dengan meluruskan lagi demokrasi, di antaranya dengan mempromosikan kesetaraan yang tercermin dalam kabinetnya dan dari salah satu prioritas utama agenda politiknya merevisi kebijakan imigrasi Trump dengan memberikan kewarganegaraan kepada jutaan imigran tak berdokumen yang sudah bertahun-tahun hidup di AS.

Joe Biden juga berusaha mengoreksi kepartisanan politik yang akut di AS, lewat pesan-pesan rekonsiliasi nasional.

Pesan-pesan itu secara simbolik di antaranya disampaikan dengan cara memberi kesempatan kepada agamawan menyeru persatuan dalam bungkus indah nilai-nilai keagamaan sehingga menjawab kekhawatiran adanya sekularisme akut yang dicemaskan kaum konservatif, dan memberi tempat khusus kepada tokoh Republik selama seremoni pelantikan yang mengisyaratkan simbol kesediaan memberi ruang bersama kepada kelompok yang berseberangan.

Kesan pertama Biden memang terlihat menarik, tetapi hasilnya masih perlu waktu untuk dinilai, paling tidak selama 100 hari pertama pemerintahannya.

Baca juga: Dalam pidato perpisahan, Trump berdoa untuk pemerintahan berikutnya
Baca juga: Presiden Rouhani desak pemerintahan Biden kembali ke perjanjian nuklir
Baca juga: Saat pelantikan, Biden pimpin peringatan kematian 400 ribu warga AS

 

Copyright © ANTARA 2021