Pelatih Chelsea Frank Lampard menyalami pemainnya Emerson usai melawan Stade Rennes dalam laga Grup E Liga Champions di Stamford Bridge, London, Inggris, Rabu (4/11/2020). Chelsea menang 3-0 dalam laga itu. ANTARA FOTO/Pool via REUTERS/Clive Rose/foc.


Mereka memperlihatkan petunjuk menggembirakan, namun Chelsea mengakhiri musim itu dengan kekalahan 1-4 melawan Bayern Muenchen dan kalah agregat 1-7 dari tim yang akhirnya juara Liga Champions itu.

Laga 16 besar Liga Champions itu yang berbarengan dengan selisih 33 poin dari juara Liga Premier Liverpool, menunjukkan Lampard dan Chelsea masih bisa berbuat banyak.

Kemerosotan pada pertengahan musim tatkala Chelsea kalah lima dari tujuh laga terakhirnya tak lama setelah cuma memenangkan satu dari enam pertandingan Liga Premier, sekonyong-konyong membuat Lampard kesulitan menemukan cara dalam memperbaiki timnya. Dia dianggap tak bisa memetik pelajaran dan ini besar sekali akibatnya.

Musim panas lalu Lampard mau berbicara terbuka mengenai apa yang diperlukan guna membangun mentalitas juara di kalangan pemainnya. Dia dibandingkan dengan masa kepelatihan Juergen Klopp di Liverpool yang mencapai ke level setelah melewati proses jatuh bangun.

Baca juga: Lampard sebut pemain Chelsea "malas" usai dikalahkan Arsenal
Baca juga: Bagi Lampard, Chelsea tampil komplit saat bekuk Burnley


Belanja banyak demi mengubah nasib

Direksi Chelsea yang menahan diri tidak aktif pada jendela transfer Januari 2020 meskipun larangan transfer dikurangi dari dua jendela menjadi satu jendela, membuka buku ceknya dalam upaya mempercepat perjalanan klub ke level tertinggi.

Mereka berhasil mengatasi masalah yang muncul , namun belanja besar-besaran itu telah menaikkan ekspektasi terhadap tim.

Ada kelemahan dalam barisan serang mereka. Chelsea menempati peringkat ke-16 di Liga Premier pada 2019/2020 dalam soal memaksimalkan peluang gol. Hal ini memicu belanja sebesar 153 juta pound untuk menarik Timo Werner, Hakim Ziyech dan Kai Havertz yang total menyumbangkan 46 gol dan 26 assist musim sebelumnya.

Baca juga: Chelsea akan segera rampungkan tiga transfer sekaligus
Baca juga: Chelsea rampung beli Timo Werner senilai Rp846 miliar

Chelsea rawan dalam bola mati dan serangan balik. Musim lalu, hanya enam tim Liga Premier yang mengalahkan Chelsea dalam hal kebobolan yang lebih banyak akibat tendangan bebas dan sepak pojok. Tak ada tim yang kebobolan lebih dari delapan gol akibat fast break seperti dialami Chelsea.

The Blues lalu merekrut bek tengah berpengalaman dari Paris St-Germain, Thiago Silva, dalam status bebas transfer tetapi dengan gaji lumayan besar, sedangkan Ben Chilwell yang dibeli seharga 50 juta poud menjadi pilihan pertama di bek kiri.

Kepa Arrizabalaga yang berkinerja buruk dalam menjaga gawang Chelsea digantikan oleh Edouard Mendy yang dibeli seharga 22 juta pound.

Baca juga: Lampard berandai-andai jika Kepa tak lakukan blunder lawan Liverpool

Dua kemenangan dalam enam pertandingan pembuka Liga Premier sempat memicu kekhawatiran tetapi begitu catatan berubah menjadi tak terkalahkan dalam 16 pertandingan pada semua kompetisi di mana Chelsea menjuara fase grup Liga Champions dan naik ke puncak klasemen awal Desember, tampaknya Chelsea sudah berada di jalur cepat menuju sukses.

Lampard tidak mau gegabah dan tetap hati-hati. Satu kemenangan dalam enam pertandingan berikutnya di Liga Premier menghadirkan reality check kepada penggemar Chelsea yang sekaligus membuat tim ini meluncur lagi ke bawah.

Dia kembali harus menerima kenyataan timnya kembali tampil buruk saat dikalahkan Leicester, setelah menang melawan 10 pemain Fulham membangkitkan lagi asa mereka.

Baca juga: Lampard sadari tingginya ekspektasi setelah Chelsea banyak belanja

Selanjutnya tak ada kemajuan

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021