Jika penularan COVID-19 ini bisa ditekan barulah kita bisa melihat peningkatan wisata dan travel
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyambut baik penggunaan Gadjah Mada Electronic Nose COVID-19 (GeNose) untuk pendeteksian cepat virus corona di ruang publik khususnya stasiun kereta api.

"Saya sangat mengapresiasi dan mendukung penggunaan GeNose yang sudah melalui proses tim kesehatan secara keseluruhan dan aplikasinya bagi pengguna kereta api jarak jauh dan moda transportasi lainnya," kata Sandiaga saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
 
GeNose C19 merupakan inovasi pertama di Indonesia untuk pendeteksian COVID-19 melalui embusan nafas.

GeNose C19 terhubung dengan sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan artifisial untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time.

Baca juga: Menristek: GeNose mampu lakukan 100 ribu tes untuk skrining COVID-19

Baca juga: Menhub minta GeNose dilakukan di stasiun dengan banyak penumpang


Berbeda dengan tes cepat lainnya, GeNose C19 berbasis embusan nafas yang menawarkan kenyamanan kepada para penggunanya karena tidak perlu merasa sakit seperti menjalani tes cepat berbasis antibodi dan antigen.

Harga tes ini pun cukup murah berkisar antara Rp15 ribu sampai Rp25 ribu, yang artinya cukup terjangkau untuk masyarakat apalagi yang memiliki rencana bepergian.

Akan tetapi, Sandiaga mengatakan kehadiran GeNose bukan untuk menaikkan minat turis domestik mengunjungi tempat wisata di tanah air.

Menurut Sandiaga, semakin banyak masyarakat yang melakukan tes maka akan semakin menurun tingkat penularan COVID-19 sehingga perekonomian khususnya industri pariwisata akan kembali normal.

"Jika penularan COVID-19 ini bisa ditekan barulah kita bisa melihat peningkatan wisata dan travel. Karena kita sekarang di Kemenparekraf bukan lagi memperdebatkan go or not go, do or not do tapi how," ujar Sandiaga.

Untuk meningkatkan minat wisatawan domestik, Kemenparekraf terus menerapkan protokol kesehatan berbasis Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) agar pengunjung merasa aman dan nyaman dalam berkegiatan.

"Nah itu yang harus menjadi standar utama sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman dalam bisa melakukan kegiatan yang mereka lakukan di destinasi wisata dan fasilitas penunjuang destinasi wisata," kata Sandiaga.

Sandiaga juga mengatakan jika angka kasus COVID-19 menurun, secara otomatis industri pariwisata juga akan membaik.

"Pada waktu yang bersamaan kita bisa bangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam rangka meningkatkan perekonomian kita," ujar Sandiaga.

Baca juga: Kemenparekraf target 6.500 pelaku parekraf sertifikasi CHSE tahun ini

Baca juga: Kemenparekraf target cetak 2.200 lulusan perguruan tinggi pariwisata

Baca juga: Kemenparekraf susun rencana pengembangan Ubud

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021