Jakarta (ANTARA) - Penyelenggara Olimpiade Tokyo menyetujui 12 anggota baru dewan eksekutif perempuan, kurang dari dua pekan setelah menunjuk presiden perempuan setelah pernyataan seksis Presiden Olimpiade Tokyo 2020 terdahulu.

Keputusan tersebut meningkatkan representasi perempuan di dewan Olimpiade Tokyo 2020, dari 20 persen menjadi lebih dari 40 persen, memenuhi target yang ditetapkan oleh Seiko Hashimoto ketika dia mengambil alih sebagai Presiden Olimpiade Tokyo 2020 bulan lalu.

Hashimoto menggantikan Yoshiro Mori (83), yang mengundurkan diri setelah pernyataannya "wanita terlalu banyak bicara" yang memicu protes di Jepang dan luar negeri.

Baca juga: Panpel Olimpiade Tokyo tambah perempuan dalam dewan hingga 42 persen

"Meningkatkan proporsi menjadi 42 persen mengirimkan pesan ke berbagai kelompok, dunia olahraga dan seluruh masyarakat, dan kami berharap itu akan berdampak," ujar Hashimoto, yang merupakan salah satu dari dua perempuan di kabinet Jepang hingga dia lengser untuk mengambil pos barunya.

"Kami meningkatkan jumlah dan menyambut orang-orang dari semua bidang keahlian yang berbeda," dia melanjutkan, dikutip dari AFP, Rabu.

Hashimoto setuju mengubah aturan untuk mengakomodasi pengangkatan anggota baru, yang memungkinkan maksimal 45 anggota dewan, naik dari 35 anggota dewan.

Sebelumnya ada tujuh perempuan di dewan eksekutif.

Anggota dewan baru termasuk dua atlet -- peraih medali emas maraton Olimpiade Sydney, Naoko Takahashi, dan juara ganda ski alpen Paralimpiade, Kuniko Obinata.

Baca juga: IOC dan pejabat Tokyo 2020 akan rapat bahas kehadiran penonton

Sepuluh anggota lainnya diambil dari berbagai bidang, seperti administrasi olahraga, bisnis dan akademisi, termasuk Mitsue Haga, perwakilan suku asli Jepang, Ainu.

"Salah satu prinsip dasar olimpiade adalah setiap orang setara," kata Hashimoto.

"Bagi Jepang, budaya tradisional yang indah dari Ainu adalah warisan yang besar," dia menambahkan.

Baca juga: Survei: Sebagian besar orang di Jepang "tertarik pada Olimpiade"

Tsuyoshi Fukui, anggota dewan pria yang juga merupakan anggota dewan Komite Olimpiade Jepang (JOC), mengundurkan diri dari perannya di Olimpiade Tokyo 2020 pada Selasa (2/3).

Mori mundur sebagai presiden setelah protes domestik dan internasional atas pernyataan yang dia buat pada awal Februari kepada anggota JOC. Dia meminta maaf atas pernyataan seksis yang telah dia sampaikan.

Hashimoto dinominasikan sebagai presiden setelah upaya Mori untuk memilih sendiri penggantinya -- mantan pesepakbola berusia 84 tahun -- dibatalkan setelah mendapat kritikan dari publik.

Baca juga: Peraih medali Olimpiade asal Iran berlaga sebagai pengungsi di Tokyo

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021