Ponorogo (ANTARA) - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Ponorogo, Jawa Timur, Kamis meluncurkan buku berjudul "Jejak Sejarah NU Ponorogo" yang dihadiri Bupati Sugiri Sancoko dan Wabup Lisdyarita, jajaran pengurus syuriah dan tanfidiyah serta utusan 21 majelis wakil cabang via daring atau zoom meeting.

Pada peluncuran yang bersamaan dengan pembukaan Muskercab II itu, Ketua PCNU Ponorogo Fatchul Aziz mengemukakan sebetulnya sudah beberapa kali ada tim untuk penulisan buku sejarah NU, tetapi baru kali ini terealisasi penerbitannya.

"Karena itu, terima kasih kepada tim penulis, Pak Krisdianto dkk; juga pada Pak Sutejo, Ketua Litbang NU, sebagai 'penanggung jawab' sekaligus provokator ampuh bagi anak-anak muda NU dalam bidang literasi," katanya.

Baca juga: Gus Jazil minta nasihat KH Muhyiddin Ishaq soal penguatan NU DKI

Sementara, Krisdianto, merasa bersyukur bahwa apa yang ditargetkan dapat terpenuhi.

"Kekerasan dan kedisiplinan yang ditanamkan Pak Sutejo mampu menguatkan mental dan etos kepenulisan hingga selesai di garis harapan. Ini kerja keras tim, sebuah pengulikan sejarah lapangan dan teks selama dua tahun terakhir," katanya.

Ketua Litbang NU Dr Sutejo, MHum, yang juga Rektor STKIP PGRI Ponorogo mengemukakan, secara kebetulan, hari peluncuran buku ini bertepatan dengan pengesahan NU Cabang Ponorogo, 11 Maret 1930, yang ditandatangani oleh Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari (Rais Akbar Idarah ‘Aliyah NU) dan KH. A. Wahab Hasbullah sebagai sekretaris.

"Sebuah hari bersejarah, bertepatan dengan syahadah pertama NU Ponorogo. Dokumen resminya, dikopikan pada halaman 174 buku ini," kata Sutejo yang juga disampaikan oleh Supandi, salah satu tim penulis buku "Jejak Sejarah NU Ponorogo".

Selain bisa merealisasikan penerbitan buku tersebut, Sutejo juga bersyukur karena dalam peluncuran ini Bupati Sugiri Sancoko langsung memborong 250 eksemplar. Buku itu secara simbolis diserahkan oleh Rais Syuriah NU Ponorogo KH Moh Sholihan.

Baca juga: Wakil Ketua DPR: NU dan pesantren adalah sabuk pengaman bangsa

"Ini kejutan karena bupati mau mengoleksi dan membelinya. 250 eksemplar tentu dalam penjualan buku tidaklah sedikit," katanya.

Penggagas Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP PGRI Ponorogo ini mengemukakan bahwa "Jejak Sejarah NU Ponorogo" ini adalah awal lahirnya penggerak literasi di kalangan NU Ponorogo dengan melibatkan penulis-penulis muda.

Setelah ini, katanya, direncanakan penulisan buku selanjutnya, yakni "Jejak Kiai Lokal dalam Gerak Kebudayaan Islam di Ponorogo" dan "Jejak Makam: Pintu Spiritualitas Leluhur Santri Ponorogo".

"Semoga semangat dan etos anak muda NU, tim penulis buku sejarah NU Ponorogo ini terus terawat, tak mudah puas dan terus mengasah pengalaman dan keterampilan kepenulisannya sehingga mampu memberikan warna keilmuan dalam jejak peradaban NU yang berkeadaban," katanya.

Baca juga: Luncurkan buku, Kemlu dorong penguatan hukum perdata internasional
Baca juga: Literasi pegang peranan penting tingkatkan kesejahteraan masyarakat
Baca juga: Bukunya jadi antaran lamaran nikah, Denny JA: Inspiratif

Pewarta: Masuki M. Astro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021