Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, Pancasila sebagai dasar negara saat ini mengalami kepudaran dan NU memiliki tanggung jawab untuk memperkuatnya kembali.

Bagi NU, kata Said Aqil di Jakarta, Selasa, Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah merupakan ketentuan final.

"NU tidak basa-basi menyatakan dukungannya terhadap Pancasila yang merupakan produk orisinal bangsa ini," katanya.

Dikatakannya, NU sendiri lahir sebagai perwujudan dari semangat kebangkitan nasional, kebangkitan ulama untuk mengabdi pada kepentingan nasional.

Menurut Said Aqil, sejak awal NU telah menghormati keragaman entitas yang menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, sehingga pada muktamar di Banjarmasin tahun 1936, NU menghendaki Indonesia berdiri sebagai negara bangsa, bukan negara Islam.

"Menurut NU, yang paling tepat kita membentuk negara kebangsaan, negara yang damai atau darus salam. Semua satu umat, satu saudara. Kalau bahasa politiknya satu nusa, satu bangsa. Jadi tidak ada perbedaan," katanya.

Menurut Said Aqil, Nabi Muhammad SAW dulu juga tidak mendirikan negara Islam, tetapi negara Madinah yang menjunjung tinggi persamaan, keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan.

"Penduduknya Islam, Kristen, Yahudi. Semua sama di mata hukum, tidak dibedakan. Piagam Madinah tidak satu pun mengandung kata Islam. Yang ada adalah keadilan dan kesamaan," katanya.(*)
(S024/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010