Jakarta (ANTARA News) - Demonstran berkumpul di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, menentang aksi Israel di perairan dekat Gaza, namun polisi yang menjaga unjuk rasa tampak lebih banyak ketimbang jumlah pendemo yang kurang dari 200 orang.

"Sebenarnya yang demonstrasi ribuan, tapi pecah," kata Yasallah Mansyur, koordinator demonstran yang menamakan dini Jamaah Muslimin Hibsullah, kepada ANTARA News, Rabu.

Jamaah Muslimin yang mulai unjuk rasa pukul 9.30 WIB, telah menyampaikan surat tuntutan kepada Israel, ke Kedutaan Besar AS melalui seorang perwira polisi.

Sekitar 500 polisi, lengkap dengan tiga kendaraan meriam air, siap siaga menjaga salah satu kawasan paling steril di Jakarta, sementara ratusan demonstran yang umumnya berbusana putih dan mengenakan ikat kepala bertuliskan "Allahu Akbar" mengacungkan spanduk dan meneriakkan yel-yel anti Israel.

"Kami ingin menyadarkan masyarakat bahwa Amerika Serikat itu ada di belakang Israel," kata Mansyur, sembari menyebut negara adidaya itu memakai standar ganda.

"(Presiden AS) Obama bilang aksi itu melanggar (hukum internasional dan HAM), tapi (Menlu) Hillary Clinton malah menyebut baru perlu dipertimbangkan melanggar," lanjutnya.

Demonstrasi menyurut menjelang pukul 12.00 WIB, setelah sebelumnya mereka berteriak keras-keras mengutuk aksi Israel.

Mereka menyebut serangan Israel ke kapal Mavi Marmara yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, sebagai pelanggaran berat HAM dan harus dihentikan.

Para demonstran meneriakkan seruan, "Buka kembali Gaza, sebelum kemudian membubarkan diri satu persatu. (*)

Yudha/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010