Kandahar, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Dua pekerja asing, seorang diantaranya warga AS, tewas dalam serangan bunuh diri terhadap pusat pelatihan kepolisian Afghanistan di kota wilayah selatan, Kandahar, Senin, kata Kedutaan Besar AS.

Tiga militan yang bersenjatakan bom dan senapan juga tewas dalam serangan bunuh diri itu, namun para pejabat Afghanistan melaporkan sebelumnya bahwa tidak ada korban lain.

"Dua kontraktor tewas, seorang diantaranya warga Amerika. Yang kedua berasal dari negara ketiga," kata juru bicara Kedubes AS Caitlin Hayden kepada AFP.

Salah seorang gerilyawan meledakkan bom mobil di dekat dinding fasilitas pelatihan itu dalam upaya membuka jalan bagi rekan-rekannya, kata kementerian dalam negeri di Kabul, ibukota Afghanistan.

Dua orang lagi tewas ditembak oleh polisi penjaga di luar pusat pelatihan itu, kata juru bicara kementerian itu Zemarai Bashary kepada AFP.

"Kami mendapati tiga penyerang bom bunuh diri tewas," kata Bashary, dengan menambahkan bahwa pembom gagal menembus fasilitas berdinding itu.

Hayden mengatakan, masih belum jelas bagaimana para pekerja asing itu tewas.

Seorang wartawan AFP mengatakan, ledakan itu merusak sebagian dinding tersebut.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu namun serangan-serangan serupa di masa silam dituduhkan pada Taliban.

Sehari sebelumnya, Minggu, lima prajurit NATO dilaporkan tewas di Afghanistan, dua diantaranya akibat serangan-serangan musuh.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Marinir AS memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Saat ini terdapat lebih dari 130.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Delapan setengah tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu beberapa bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010