Jambi (ANTARA News) - Ratusan mahasiswa akademi keperawatan dan kebidanan Prima Kota Jambi, Senin pagi sekitar pukul 10:00 WIB, mogok belajar setelah tuntutannya tak kunjung dipenuhi pihak manajemen universitas.

Menurut Bily Hery, salah seorang mahasiswa di akademi keperawatan dan kebidanan Prima Kota Jambi, tuntutan mahasiswa diantaranya adalah kejelasan pengelolaan keuangan yang selama ini dinilai telah memberatkan mahasiswa.

"Biaya sekolah pembangunan pendidikan (SPP) setiap semester meningkat dengan alasan yang tidak jelas. SPP yang kami bayar juga tidak sebanding dengan fasilitas yang kami terima di asrama," ujar Bily.

Menurut Bily, saat masuk kuliah dirinya dikenakan biaya SPP dan biaya lainnya sebesar Rp1,8 juta. Namun jumlah tersebut meningkat terus hingga tingkat dua dirinya dikenakan biaya Rp2,3 juta persemester.

"Kami meminta kejelasan dengan cara mengajak pihak manajemen mengadakan pertemuan. Namun hal itu selalu ditolak dengan alasan tidak jelas," katanya.

Hal tidak jauh berbeda juga diungkapkan Neti salah seorang mahasiswa bagian kebidanan. Menurutnya, uang kuliah termasuk SPP dibidang kebidanan bahkan lebih banyak dibanding bagian keperawatan. Nilai SPP dan uang kuliah hingga dirinya menginjak tingkat dua telah mencapai Rp5 juta.

Dari pantauan dilapangan, ratusan mahasiswa dan mahasiswa yang kesal bahkan sempat melakukan aksi anarkis dengan memecahkan kaca mobil kampus. Mahasiswa yang kesal melempari kaca mobil jenis bus yang diparkir tepat didepan kampus.

Akibat aksi ratusan mahasiswa tersebut sempat memacetkan arus transportasi jalan kampus yang berada di Jalan Raden Wijaya Kota Jambi tersebut.

Beruntung pihak kepolisian segera datang ketempat kejadian sehingga aksi anarkis berhasil diamankan. Meski begitu, mahasiswa tetap menuntut agar tuntutan mereka segera dipenuhi pihak kampus. Jika tuntutan tidak dipenuhi, mahasiswa mengancam akan terus melakukan aksi mogok belajar.

Sebelumnya, beberapa orang perwakilan mahasiswa sempat diperbolehkan menemui pihak manajemen kampus. Namun pertemuan tersebut berlangsung tertutup, puluhan wartawan yang ingin meliput pertemuan tersebut dilarang oleh beberapa satuan pengamanan (Satpam) kampus.

(T.KR-BS/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010