Kabul (ANTARA News/AFP) - Satu tentara NATO tewas akibat ledakan bom rakitan di Afghanistan selatan pada Rabu, kata tentara, menjadi yang ke-19 tewas di negara terkoyak perang itu pada pekan ini.

Prajurit itu, yang kebangsaannya tak diumumkan, merupakan bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO dari sekitar 130.000 tentara, yang meningkat menjadi 150.000 pada Agustus.

Setelah kehilangan lima tentara pada Minggu, pasukan asing pada Senin mengalami hari paling mematikan dalam pertempuran di Afghanistan dalam dua tahun, dengan 10 orang tewas, yakni tujuh dari Amerika Serikat, dua warga Australia dan seorang tentara Prancis.

Pada Selasa, tiga tentara lagi, termasuk seorang asal Inggris, tewas di selatan.

Menurut kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas laman mandiri icasualties.org, 249 tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini. Tahun lalu adalah paling mematikan, dengan 520 tentara tewas.

Sebagian besar Afghanistan selatan dilanda perlawanan Taliban, yang sekarang dalam tahap mematikan sejak awal tahun lalu.

Hingga pekan pertama Juni, sejumlah 1.802 tentara asing tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menumbangkan pemerintah Taliban pada ahir 2001.

Korban terbanyak dialami tentara Amerika Serikat, dengan 1.093 orang, diikuti Inggris dengan 292 orang, Kanada (147), Jerman (43), Prancis (42), Denmark (32), Spanyol (28), Italia (24), Belanda (24) dan negara lain (78).

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban itu, yang memperluas perlawanan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah sebelumnya damai.

Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED, yang ditanam pejuang Taliban.

IED, senjata pilihan Taliban, adalah bom kasar, yang diledakkan melalui kendali jauh atau ranjau piring (lempeng tekanan), yang meledak jika alat itu diinjak atau dilindas.

Bom rakitan itu, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.

IED murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.

Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada pekan kedua Juni.

"Kita harus jujur dan mengatakan bahwa mereka tampaknya lebih kuat daripada yang kita perkirakan ketika gerakan asing mulai digelar pada 2001," kata Rasmussen kepada lembaga penyiaran Kanada CBC dalam wawancara telepon.

Perlawanan Taliban terhadap pemerintah dan 130.000 tentara asing pimpinan Amerika Serikat saat ini pada tingkat mematikan.

Kelompok gari keras itu bersumpah melancarkan upaya baru dengan serangan terhadap diplomat, anggota parlemen dan pasukan asing.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)

(UUB002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010