Jakarta (ANTARA News) - Palang Merah Indonesia (PMI) berkeinginan menghilangkan calo darah yang selama ini dikeluhkan masyarakat karena darah bukan mata dagangan yang bisa diperjualbelikan, kata Ketua Umum PMI. M.Jusuf Kalla.

"Memang masih ada calo darah yang berkeliaran. Selama permintaan dan kebutuhan tidak berimbang maka calo akan selalu ada, tidak saja untuk komoditas sembako tapi juga darah," kata Wakil Presiden RI periode 2004-2009 itu, saat meresmikan operasional Unit Donor Darah (UDD) di Jakarta, Senin.

Menurut dia, masih sedikitnya jumlah pendonor darah mengakibatkan PMI kekurangan darah sehingga menimbulkan banyak calo yang berkeliaran di sekitar PMI untuk menawarkan jasa pembelian darah.

Padahal, katanya, darah bukanlah mata dagangan yang boleh diperjualbelikan tapi harus diberikan secara gratis karena darah merupakan karunia Tuhan.

Untuk itu, kata Kalla lebih lanjut, untuk menekan keberadaan calo, PMI akan terus meningkatkan stok darah dari para pendonor, antara lain dengan membuka UDD di sejumlah mal dan universitas.

"Dengan UDD di sejumlah mal dan universitas, akan banyak pendonor yang mendonorkan darahnya dan ini berarti akan meningkatkan stok di PMI," katanya.

Masalahnya, katanya, darah tidak dapat diproduksi selain di dalam tubuh sehingga tidak bisa dipalsukan atau dibuat dari bahan lain.

Padahal kebutuhan darah tidak bisa ditunda walaupun hanya dalam beberapa jam mengingat hal itu menyangkut nyawa seseorang.

Idealnya, kata Kalla, stok darah yang diperlukan secara nasional adalah dua persen atau 4,8 juta kantong darah dari total jumlah penduduk Indonesia.

Namun sejauh ini PMI baru bisa mengumpulkan 1,9 juta kantong darah sehingga masih kekurangan sekitar tiga juta kantong darah.

"Dengan UDD tersebut diharapkan PMI bisa menambah hingga mencapai 4,8 juta kantong darah yang menjadi kebutuhan masyarakat secara nasional," kata Kalla.

Sejauh ini sebagian besar darah diperoleh dari donor darah sukarela sebanyak 83 persen, sedangkan sisanya 17 persen diperoleh dari donor darah pengganti.(T.A025/N002/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010