Islamabad (ANTARA News/AFP) - Pakistan hari Kamis menyatakan telah mengetahui keberadaan 14 prajurit yang termasuk diantara lebih dari 50 personel militernya yang hilang setelah serangan akhir pekan Taliban terhadap pos pemeriksaan mereka.

Pihak berwenang Afghanistan menyerahkan prajurit-prajurit itu ke konsulat Pakistan di Jalalabad setelah mereka menyeberangi perbatasan ke Afghanistan timur, kata juru bicara militer Mayor Jendral Athar Abbas.

"Empatbelas prajurit telah diserahkan ke konsulat Jalalabad dan mereka diterbangkan kembali ke Pakistan," kata Abbas kepada AFP.

Ia menambahkan bahwa 11 orang sudah kembali, sementara yang lain masih hilang.

Gerilyawan Taliban menyerang pos Gwar Pari di daerah suku Mohmand pada Minggu dan mengklaim tujuh prajurit paramiliter tewas, kata pejabat-pejabat keamanan dan pemerintah daerah.

Seorang juru bicara Taliban mengatakan, pihaknya membunuh tujuh prajurit dan menangkap 10 orang. Namun, seorang pejabat Pakistan pada Rabu menolak mengkonfirmasi klaim Taliban itu dengan mengatakan, "Kami belum melihat mayat mereka."

Menurut seorang pejabat keamanan, pos yang diserang Taliban itu terletak sangat dekat dengan perbatasan dan dijaga oleh 65 prajurit.

"Dari 65 prajurit yang menjaga pos itu, 11 telah kembali dan 54 masih hilang," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP, Rabu.

Dalam perkembangan lain, serangan helikopter dan artileri berat Pakistan menewaskan 38 gerilyawan, Rabu, di sebuah daerah suku di perbatasan dengan Afghanistan. Pertempuran sengit juga menewaskan 10 prajurit paramiliter.

"Sedikitnya 38 militan tewas dan 10 prajurit menjadi syuhada," kata kepala daerah Bajaur Zakir Hussain Afridi kepada wartawan, dan ia menunjukkan 18 mayat militan dengan disaksikan komandan-komandan pasukan lokal.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010