Paris (ANTARA News/AFP) - Satu tentara Prancis pada pasukan NATO di Afghanistan tewas setelah ditembak senjata berat dari kelompok perlawanan, yang diumumkan kepresidenan Prancis pada Sabtu.

Kematian itu menjadikan 44 jumlah tentara Prancis tewas di Afghanistan sejak penggelaran mereka pada Januari 2002.

Brigadir dari resimen parasut bermarkas di Tarbes, Prancis baratdaya, itu dan warga Afghanistan juru bahasanya luka sesudah iringan kendaraan lapis baja mereka ditembaki.

Keduanya dibawa ke rumah sakit, tempat brigadir tersebut meninggal akibat lukanya pada Jumat, kata pernyataan itu.

Sebagian besar dari 3.500 prajurit Prancis di Afghanistan bermarkas di propinsi Kapisa dan kabupaten Surobi, sekitar 60 kilometer timur dan timurlaut Kabul.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada Januari menjelaskan bahwa negaranya tidak akan mengirimkan pasukan tempur tambahan ke Afghanistan, namun menambah petugas bukan tempur guna melatih pasukan keamanan Afghanistan.

Prancis adalah penyumbang keempat terbesar tentara dari negara Barat dalam membantu pemerintah Afghanistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, setelah Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Sejumlah 274 jumlah tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka laman mandiri icasualties.org.

Pada 2009, 520 tentara NATO tewas di Afghanistan dalam yang kemudian disebut tahun paling mematikan bagi pasukan asing sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat meruntuhkan Taliban pada 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Pentagon pada pekan ini menyatakan pasukan pimpinan Amerika Serikat membuat kemajuan dalam melawan Taliban, tapi "dibayangi" oleh kekerasan di propinsi selatan dan yang disebut gambaran terlalu suram perang itu, yang dibentuk liputan media.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama memerintahkan gelombang tambahan tentara, yang mencapai puncak 150.000 orang pada tahun ini, sebelum menariknya pada 2011.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Hingga tengah Juni, sejumlah 1.831 tentara asing tewas di Afghanistan sejak serbuan pada ahir 2001.

Korban terbanyak dialami tentara Amerika Serikat, dengan 1.115 orang, diikuti Inggris dengan 298 orang, Kanada (147), Jerman (43), Prancis (43), Denmark (33), Spanyol (28), Italia (24), Belanda (24) dan negara lain (78).

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban itu, yang memperluas perlawanan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah yang sebelumnya damai.

Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada pekan kedua Juni.

"Kita harus jujur dan mengatakan bahwa mereka tampaknya lebih kuat daripada yang kita perkirakan ketika gerakan asing mulai digelar pada 2001," kata Rasmussen kepada lembaga penyiaran Kanada CBC.(*)
(B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010