Tulungagung (ANTARA News) - Perhelatan lomba balap sepeda internasional "Tour de East Java 2010" di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur pada 18-20 Juni, lagi-lagi menjadi ajang unjuk ketangguhan pembalap-pembalap asing.

Memasuki penyelenggaraan tahun keenam balapan tahunan ini, dominasi pembalap asing masih sulit dipatahkan, seperti halnya yang terjadi selama lima tahun terakhir TdEJ.

Pembalap tim Tabriz Petrochemical Iran Hossein Alizadeh tampil sebagai jawara dalam keikutsertaannya yang pertama di Indonesia. Sedangkan tim Giant Asia Racing Taiwan menjadi yang terbaik untuk katagori beregu.

Bagi Giant Taiwan, gelar ini merupakan yang ketiga di ajang TdEJ, setelah merebutnya pada edisi 2005 dan 2007. Giant sekaligus menyamai pencapaian Tabriz Petrochemical yang juga telah merebut tiga gelar juara TdEJ pada tahun 2006, 2008 dan 2009.

Baik Giant Asia Racing Taiwan maupun Tabriz Petrochemical Iran merupakan beberapa kekuatan utama tim balap sepeda "continental" di kawasan Asia. Ketangguhan mereka cukup sulit ditandingi pembalap lain, termasuk dari Indonesia.

Sekalipun Tabriz Petrochemical hanya menurunkan pembalap lapis keduanya pada balapan TdEJ 2010, namun tim tersebut masih mampu "mencuri" gelar juara di katagori perorangan.

"Kami cukup senang masih mampu merebut gelar juara, kendati tidak diperkuat pembalap-pembalap utama. Kami memang ingin memberi kesempatan pembalap muda untuk menambah pengalaman," kata Manajer Tabriz, M. Kazem Khaton Abadi.

Ia mengatakan peta persaingan balapan TdEJ kali ini tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya, kendati jumlah tim yang ambil bagian lebih banyak.

Balapan TdEJ 2010 mencatat rekor jumlah peserta, dengan diikuti sebanyak 22 tim dan total sebanyak 105 pembalap. Dari 22 tim tersebut, 15 di antaranya adalah tim mancanegara dan tujuh lainnya tim lokal.

Tim mancanegara antara lain Tabriz Petrochemical, Giant Asia Taiwan, Aisan Jepang, Geumsan Ginseng Korsel, CCN Colossi Belanda, Eddy Holand Australia, Tim Nasional Malaysia dan Vietnam, serta OCBC Singapura.

Sedangkan tim lokal terdiri dari Polygon Sweet Nice (PSN) Surabaya, Pengprov ISSI Jatim, Araya Sidoarjo, BKCC Tangerang, CCC Jakarta, Dispora Jatim, dan Kutai Kartanegara Kaltim.

Perlombaan grade 2.2 kalender UCI (organisasi balap sepeda internasional) itu, terbagi dalam tiga etape dengan total jarak tempuh 368,6 km.

Etape pertama menempuh jarak 110,4 km dari Tulungagung-Trenggalek-Tulungagung. Kemudian etape kedua sejauh 154,7 km dari Bendung Wonorejo-Blitar-Kediri-Tulungagung, dan etape terakhir 103,5 km melombakan "circuit race" di Kota Tulungagung.

Kendati tidak mampu merebut juara umum perorangan dan beregu, tuan rumah Indonesia masih bisa bernafas lega karena Projo Waseso yang mewakili Kukar Kaltim mampu merebut etape ketiga.

Tidak itu saja, pembalap berusia 23 tahun asal Sidoarjo, Jatim itu, juga sukses merebut kaos hijau (green jersey) sebagai "raja sprint" di balapan tersebut.

"Walaupun pembalap Indonesia tidak juara umum, keberhasilan Projo Waseso menjuarai etape ketiga sudah sangat membanggakan. Apalagi, lawan-lawan yang dihadapi cukup tangguh," kata Ketua Umum KONI Jatim Saifullah Yusuf saat menutup TdEJ, Minggu (20/6).

Pada dua etape sebelumnya, gelar juara menjadi milik pembalap asing. Hossein Alizadeh (Tabriz) menguasai etape pertama, Jumat (18/6), kemudian "sprinter" asal Malaysia Anuar Manan (Geumsan Ginseng Korsel) ganti berjaya di etape kedua, Sabtu (19/6).

Pelatih PSN Surabaya Wawan Setyobudi mengatakan kekuatan pembalap lokal dan asing yang berlaga di TdEJ kali ini tidak beda jauh. Namun, strategi balapan dan soliditas tim menjadi kunci keberhasilan.

"Tim asing seperti Tabriz dan Giant punya pembalap-pembalap tangguh dan kerja sama tim yang solid. Untuk merebut juara dan menyaingi mereka sangat tidak mudah," kata mantan pembalap nasional itu.

Pembalap tuan rumah Hari Fitrianto yang membela tim Pengprov ISSI Jatim masih boleh berbangga, karena berhasil menembus kekuatan pembalap asing dan finis di posisi tiga besar klasemen akhir pembalap setelah Hossein Alizadeh (Tabriz) dan Sacha Damrow (CCN Colossi Belanda). (Ant/K004)

Oleh Oleh Didik Kusbiantoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010