New Delhi (ANTARA News) - India hari Rabu menuduh kelompok militan Lashkar-e-Taiba yang berpangkalan di Pakistan mendalangi protes keras anti-India di wilayah Kashmir yang telah menewaskan 11 orang.

Demonstrasi anti-India selama hampir tiga pekan ini termasuk yang terbesar dalam waktu dua tahun dan telah meluas ke banyak daerah di Kashmir, termasuk Sopore, yang dikenal sebagai markas seorang pemimpin separatis garis keras, sebagaimana dikutip dari Reuters.

"Kami rasa Lashkar-e-Taiba aktif di Sopore," kata Menteri Dalam Negeri India Palaniappan Chidambaram kepada wartawan setelah pertemuan yang diadakan oleh Perdana Menteri Manmohan Singh untuk membahas kekerasan yang meningkat di jalan.

India menuduh Lashkar-e-Taiba (LeT) terlibat dalam serangan-serangan Mumbai yang menewaskan 166 orang. LeT didirikan pada 1990 untuk memerangi kekuasaan India di Kashmir dan bermarkas di provinsi Punjab, Pakistan.

Pihak bewenang memberlakukan larangan keluar rumah di Sopore, sekitar 50 kilometer sebelah utara Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, sejak Jumat setelah dua pemuda tewas ketika pasukan melepaskan tembakan pada saat pemrotes menyerang kendaraan mereka.

Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Lebih dari 60 pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.

Ketegangan di wilayah itu tinggi setelah polisi menuduh militer membunuh tiga warga sipil tidak berdosa pada April.

Militer semula menyatakan bahwa mereka membunuh tiga gerilyawan bersenjata namun kemudian memerintahkan penyelidikan dan mulai menindak dua perwira.

Kelompok Pengawas Hak Asasi Manusia mendesak India mengadili para prajurit yang dituduh membunuh tiga warga sipil dalam bentrokan rekayasa di wilayah Kashmir yang disengketakan.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar-e-Taiba membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.
(M014/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010