Solo (ANTARA News) - Pura Mangkunegaran Surakarta menampilkan sejumlah tari bentuk aslinya atau "master piece" untuk masyarakat umum, dalam "Event Mangkunegaran Performing Art" yang akan digelar di Pendapa Agung, 2-3 Juli 2010.

Sejumlah nomor tari yang ditampilkan di Pendapa Agung Pura Mangkunegaran tersebut di antaranya, "Kidung Gabah Sinawut", "Bedaya Bedhah Madiun", "Tari Gatutkaca Dadung Awuk", "Wireng Srikandi Bisma", dan "Wireng Mondroasmoro", kata Ketua Panitia Penyelenggara Gusti Pangeran Haryo (GPH) Herwasto Kusumo, di Solo, Kamis.

Menurut GPH Herwasto, tarian masih dalam bentuk aslinya selama ini jarang dipanggungkan, walaupun sebenarnya sangat terbuka untuk dipentaskan di depan masyarakat umum.

Dia mencontohkan, tari Bedaya Bedhah Madiun yang diciptakan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkoenagoro VII, pernah disajikan pada saat pernikahan Ratu Wilhelmina di Belanda.

Selain itu, lanjut dia, tari Gatutkaca Dadung Awuk, juga pernah dipentaskan di Perancis saat berlangsung peringatan 100 tahun peresmian Menara Eiffel.

Menurut dia, dari sejumlah nomor tari yang akan ditampilkan memang ada cukup akrab dengan masyarakat Solo. Bahkan, hal itu sudah dimodifikasi menjadi tari rakyat, seperti Tari Bondobayan ataupun Tari Golek Montro.

Namun, tarian yang akan sajian dalam Mangkunegaran Performing Art, merupakan garapan asli Mangkunegaran. Dengan begitu, masyarakat bisa membedakan antara tari asli dengan tari sejenis yang berkembang di masyarakat.

Menyinggung upaya membangun kesenian di Kota Solo, kata dia, Pura Mangkunegaran membuka diri bagi masyarakat untuk mengkaji dan mengembangkan khasanah seni, terutama tari khas Mangkunegaran.

Dengan penyelenggaraan Mangkunegaran Performing Art kedua tersebut, kata dia, merupakan salah satu upaya memperkenalkan khasanah seni mangakunegaran kepada masyarakat umum. Sekaligus sebagai atraksi untuk memikat wisatawan datang ke Solo.

Menurut dia, bagi masyarakat awam cukup sulit mencerna tari klasik koleksi Mangkunegaran, karena sarat dengan filosofi.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan memberikan semacam paparan sekitar isi dan makna tarian sebelum pagelaran dimulai, sekadar membantu masyarakat memahami pegeralan yang tengah berlangsung.

"Kami berharap hal itu dapat menambah daya apresiasi masyarakat," kata GPH Herwasto yang juga putra KGPAA Mangkoenagoro VIII.(*)
(Ant/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010