Jakarta (ANTARA News) - Indonesia membutuhkan sedikitnya 4,07 juta wirausaha atau dua persen dari jumlah penduduk, untuk mendukung optimalnya pertumbuhan ekonomi.

"Kita harus bangun setidaknya 4,07 juta wirausaha di Indonesia karena teori mengatakan satu negara bisa tumbuh dengan baik perekonomiannya kalau dua persen penduduknya adalah wirausaha (wan)," kata Deputi Bidang SDM Kementerian Koperasi dan UKM, Neddy Rafinaldi Halim, di Jakarta, Senin.

Ia memperkirakan dari sekitar 231 juta penduduk Indonesia, atau 238 juta orang versi sementara BPS, dengan penduduk usia kerja 169,33 juta tercatat memiliki wirausaha sebanyak 564.240 unit (0,24 persen dari seluruh penduduk).

Neddy menambahkan, menurut teori, jumlah wirausaha di Indonesia itu masih sangat jauh dari ideal yang minimal dua persen untuk membangun pertumbuhan perekonomian secara optimal.

"Suatu bangsa akan maju dan sejahtera bila minimal dua persen penduduknya adalah wirausaha. Kita bisa melihat di negara-negara lain kewirausahaan sudah jauh lebih perkembangan," katanya.

Ia mencontohkan, jumlah wirausaha di Amerika Serikat sudah mencapai 11,5 hingga 12 persen dari seluruh jumlah penduduk, di Singapura tujuh persen, China dan Jepang 10 persen, India tujuh persen, dan Malaysia tiga persen.

Neddy berpendapat, dengan fakta angka pengangguran yang terus meningkat di tanah air maka perlu perjuangan dan kerja keras untuk mengejar angka ideal jumlah wirausaha.

Tercatat angka pengangguran sarjana di Indonesia terus merangkak naik, pada 2006 sebanyak 375.000 orang, 2007 menjadi 400.000 orang, 2008 naik menjadi 626.000 meski sempat turun pada Agustus 2008, tetapi kembali naik pada 2009 menjadi 626.621 orang.

Sementara pengangguran lulusan diplomasi/akademi sebanyak 486.399. Angka total pengangguran pada 2009 mencapai 8,96 juta.

"Ini gambaran ada situasi dimana dunia usaha kita tidak mampu menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya," kata Neddy.

Dari sisi daya saing dan produktivias kerja, pada 2010 Indonesia menempati peringkat 57 dari 61 negara yang disurvei.

"Itu artinya setiap unit produktif di negara kita, tidak bisa memberikan sumbangan terhadap perekonomian kita secara signifikan. Sebab ada pekerjaan yang sebenarnya bisa diselesaikan oleh satu orang dikerjakan oleh dua orang," katanya.

Menurut Neddy, persoalan itu tidak dapat diselesaikan dalam waktu 2-3 tahun tetapi perlu waktu jangka panjang untuk mendapatkan solusi terbaiknya.

Untuk mendukung hal itu, pihaknya mencanangkan program penumbuhan dan pengembangan 1.000 sarjana wirausaha baru.

"Kita tetap realistis bahwa tidak bisa instan memciptakan calon wirausaha baru, tapi yang ingin kita garap paling tidak akan ada pengusaha pemula," katanya.

(H016/A023/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010