London (ANTARA News) - Tim Kementerian Agama yang dipimpin oleh Abdul Ghofur Jawahir mengadakan pelatihan organisasi pelaksana haji di 40 kota besar dan kecil di Rusia.

Sebanyak 83 peserta workshop best practices atas pelaksanaan haji Pemerintah Indonesia mengisi ruangan seminar modern Grand Hotel Kazan, kota santri bagian tengah barat Rusia, ujar Counsellor, KBRI Moskow, M. Aji Surya kepada koresponden Antara London, Rabu.

Dikatakannya Tim Kementerian Agama yang dipimpin Abdul Ghofur Jawahir tanpa lelah menjawab berondongan pertanyaan dari peserta yang datang mulai dari kota besar seperti Moskow, St. Petersburg hingga kota kecil di daerah Siberia, Rusia tengah berbatasan dengan China, hal-hal teknis pelaksanaan haji.

Bahkan satu diataranya datang khusus dari luar negeri, Kirgistan, yang menempuh perjalanan lebih dari 7 jam pesawat dan darat, ujar M AJi Surya.

Kerjasama antara KBRI Moskow dan kantor Mufti Kazan ini merupakan realisasi janji Dubes RI untuk Moskow Hamid Awaludin akhir tahun lalu kepada umat Islam Rusia setelah berlangsungnya pelatihan bank berdasarkan syariat Islam oleh Bank Muamalat di Moskow dan Kazan.

"Saya menghargai janji Dubes yang tidak pernah meleset," ujar Mufti Kazan, Gusman Ishaqof.

Dalam kesempatan tersebut, tim teknis Kementerian agama memang hanya bicara aneka urusan teknis haji mulai pendaftaran, penerbangan, pelaksanaan haji hingga pulang ke kampung halaman.

Menurut M Aji Surya, tidak bicara kebijakan apalagi wacana. Rupanya, berbagai masalah yang sudah dihadapi cukup lama oleh Indonesia juga menjadi masalah riil dari muslim Rusia yang tersebar di negeri beruang putih yang memiliki 11 time zones ini.

Ketua penyeleggara pelatihan yang juga Direktur Jenderal Idel Hajj, operator haji terbesar di Rusia, Ruslan Gataulin, mengatakan karakternya mirip dan kita tidak segan belajar dari yang sudah memiliki pengalaman.

Berbagai masalah ditanyakan peserta yang terkait dengan dokumen, penyewaan penerbangan, tabungan haji hingga pengadaan tempat tinggal di Makkah dan Madinah.

"Repotnya, di Rusia tidak mungkin ada unifikasi pelaksanaan haji seperti di Indonesia karena di tingkat nasional kita tidak memiliki Kementerian Agama," ujar Gataulin.

Sementara itu Dubes Hamid Awaludin menyatakan kepuasannya atas kegiatan pelatihan ini yang dinilainya merupakan jembatan emas bagi silaturahmi yang lebih luas lagi di masa depan antara kedua umat.

Dubes berjanji setelah pelatihan haji akan dilanjutkan dengan pelatihan manajemen zakat dan wakaf. "Di sisi lain, kita juga siap mensuplai makanan halal dan busana muslim dari Indonesia. Model konsinyasi juga tidak apa-apa. Yang laku yang dibayar," katanya.

Semangat keagamaan yang menggebu di Rusia saat ini ditandai dengan terus mengingginya animo berangkat haji ke tanah suci. Bila awal reformasi pada tahun 1990an hanya dalam hitungan tiga ribuan, kini sudah mendekati angka 30 ribu dari 25 juta penduduk muslim yang diatur oleh lebih dari 8 operator haji skala besar. "Seperti di Indonesia, kita kekurangan kuota," ujar seorang peserta dari kota Yekaterinburg.
(U-ZG/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010