Diyarbakir, Turki (ANTARA News) - Kelompok pemberontak Kurdi menyerang pos terluar militer di timur dan tenggara Turki, memicu terjadinya bentrokan senjata yang menewaskan tiga tentara dan 12 gerilyawan, menurut pihak militer Selasa.

Serangan-serangan itu terjadi di tengah meningkatnya kekerasan oleh pemberontak Kurdi, yang memicu pimpinan militer Turki menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh tempat persembunyian gerilyawan di Irak utara, dari mana mereka melancarkan serangan-serangan ke Turki.

Kebanyakan korban bentrokan itu berjatuhan ketika pemberontak Partai Pekerja Kurdistan (PKK) menembaki sebuah pos terluar militer pada Senin malam, di daerah pinggiran provinsi Hakkari, dekat perbatasan dengan Irak dan Iran, kata militer dalam pernyataan di laman mereka.

Tiga tentara dan 11 pemberontak PKK tewas dalam pertempuran, ketika pihak militer menggunakan pesawat-pesawat tak berawak untuk mendeteksi gerilyawan yang kabur, katanya menambahkan.

AFP melaporkan tiga prajurit lainnya cedera.

Dalam insiden terpisah, enam tentara mengalami luka ringan pada Senin malam, ketika pemberontak PKK melepaskan tembakan kepada tentara, petugas keamanan, di sebuah pos terluar di provinsi timur Elazig, kata militer.

Seorang pemberontak PKK tewas ketika tentara pemerintah membalas tembakan mereka, katanya menambahkan.

Di dalam insiden lain di Hakkari Senin malam, dua prajurit terluka pada saat mereka ditembak dan dua lainnya menginjak ranjau darat yang ditanam oleh pemberontak, menurut laporan kantor berita Anatolia.

PKK, tercatat sebagai kelompok teroris oleh Turki dan masyarakat internasional lainnya. Organisasi ini meningkatkan aksi kekerasan secara dramatis sejak pemimpinnya, Abdullah Ocalan, dipenjarakan.

Ocalan melalui para pengacaranya Mei lalu mengatakan, dia meninggalkan upaya-upaya untuk melakukan dialog dengan Ankara.

Dalam pernyataan Senin malam, kepala staf jenderal Ilker Basbug menyebut bahwa kaum militan tersebut menikmati tempat persembunyian di Irak utara, satu wilayah otonomi yang dikuasai oleh suku Kurdi Irak, dan dianggap sebagai "ancaman terbesar" bagi Turki, menurut Anatolia.

PKK juga akan menjadi ancaman keamanan bagi Irak setelah tentara AS ditarik dari negaranya, kata Anatolia yang mengutip Basbug dalam satu program televisi.

"Kehadiran PKK di utara Irak bisa berdampak negatif terhadap hubungan Turki-Irak. Hal itu juga berarti, kehadiran PKK di wilayah tersebut juga berdampak negatif terhadap hubungan Turki-AS," ujarnya.

PKK sejak lama menempatkan pengungsi di pegunungan-pegunungan terpencil di wilayah tersebut, menggunakan pangkalan di sana sebagai tempat melancarkan serangan-serangan ke seberang perbatasan.

Ankara sering menuduh Kurdi Irak memberikan toleransi dan bahkan membantu PKK, namun saat ini mengubah kebijakan dan berupaya untuk bekerjasama dengan mereka untuk mengendalikan kelompok itu.

AS berikrar mendukung melawan PKK, dan memasuk sekutu NATOnya itu dengan intelijen untuk memata-matai gerakan pemberontak di Irak utara, mendukung serangan-serangan udara Turki terhadap tempat-tempat persembunyian PKK di wilayah tersebut.

Ankara menolak berdialog dengan PKK, dan menegaskan kembali bahwa pemberontak harus menyerah atau menghadapi kekuatan militer.

PKK mulai angkat senjata pada 1984, dengan memicu konflik yang diklaim menewaskan sekitar 45.000 orang.

(H-AK/H-RN/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010