Gresik (ANTARA News) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik, Jatim mengaku tidak pernah untung, sehingga tidak sanggup memuaskan pelanggannya.

"Harga permeter kubik ke konsumen Rp1.125, sedangkan harga untuk industri Rp5.800,00 permeter kubiknya, padahal biayanya permeter kubik Rp3.040,00. Artinya masih ada sekitar Rp2.800,00. Kalau saya jual ke pelanggan rumah tangga, maka PDAM rugi Rp2.000," kata Direktur Utama PDAM, Mohamad, Rabu

Ia mejelaskan keuntungan sekitar Rp2.80000 dari pelanggan industri itu disubsidikan kepada pelanggan rumah tangga, supaya kerugian PDAM tidak terlalu besar guna menutupi kerugian pelanggan rumah. "Itupun PDAM masih rugi," jelasnya.

Mohamad mengaku PDAM melayani sekitar 20 industri di wilayah Gresik.

"Dari 63 ribu pelanggan sekitar 20 pelanggan merupakan industri. Jika dikalkulasi, kami masih rugi Rp900 permeter kubik, kali jutaan kubik, jadi sangat jauh dari keuntungan kalau memang dihitung secara profit," ujarnya

PDAM mengajukan tarif DPR tidak ada yang berani menyetujui, padahal pengajuan tarif untuk menaikkan harga pelangganya sudah dikirim beberapa bulan yang lalu. "Darimana PDAM bisa memaksimalkan pelayanannya kepada pelanggan," ungkapnya

Pengajuan yang diajukan PDAM sudah di bawah `income` Kabupaten Gresik, yakni empat persen, sedangkan pengajuan kenaikan tarif PDAM hanya 2,5 persen.

"Masih di bawah jauh, tapi sampai sekarang masih dibahas terus nggak selesai-selesai," ungkapnya

Terkait dengan tekoran ratusan juta setiap bulanya, mantan direktur teknik PDAM Gresik ini mengaku diambilkan dari sumbangan APBD dan pendapatan non-air.

"Kita mempunyai pendapatan non-air, misalnya dari pemasangan instalasi ditambah dengan subsidi dari APBD," tegasnya.

Untuk APBD 2010, PDAM mendapat kucuran sebesar Rp3 miliar. "Kita menggunakan sistem subsidi saling," pungkasnya/

Sementara, pelanggan rumah tangga menuding PDAM tidak becus memberi pelayanan, meski selalu mendapatkan kucuran dari APBD setiap tahun.

"Kami meminta agar DPR mengevalusasi kinerja jajaran manajemen PDAM, karena selalu mengaku rugi tetapi tidak pernah ada bukti," cetus Damayanti warga perumahan BP Wetan, Selasa

Dirinya mengaku harus mengeluarkan biaya sendiri untuk mencukupi kebutuhan air rumah tangganya akibat buruknya pelayanan PDAM. "Kami jadi korban PDAM, karena membayar abonemen setiap bulan tetapi airnya keluarnya tidak pasti," pungkasnya. (T.pso-163/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010